Sudah seminggu ini aku merasakan sakit gigi.
Bukan kepalang sakitnya hingga terasa ke kepala dan berdengung di telinga kiri.
Istriku menyarankan ke dokter gigi, aku tidak ragu melainkan takut dan sangat ngeri.
Maka aku memilih tidak ke dokter, menulis puisi saja sebab bila menulis puisi sakit gigiku tiba-tiba reda dan hilang segala nyeri.
Tetapi sekali lagi, entah mimpi atau tersadar tiba-tiba datang sakit yang lebih hebat, lebih mengguncang.
Aku tak bisa mengelak, sebuah puisi pun terasa berat untuk di ciptakan.
Badanku meriang, tubuhku melayang, kepalaku seakan di pukul palu bertubi-tubi hingga rasanya pecah berantakan.
Jungkir balik, tak tahan menahan sakit lalu aku ingat perkataan seorang teman kalau sakit gigi kumur-kumur saja pakai air garam.
Malam itu aku pergi ke dapur dengan percaya diri ku lakukan apa yang temanku bilang.
Mendengar sesuatu berisik di belakang istriku terbangun di dapatinya aku sedang kumur-kumur dengan garam dapur.
"Makan tuh puisi, di suruh ke dokter gigi malah ngeyel, bilang puisilah bisa menyembuhkan sakit gigi" istriku menyembur.
"Sudahlah kamu diam saja, garam di dapur habis nih tolong pergi ke warung madura sekalian beli obat meriang dan sakit kepala".
"Tanggung sayang, mending kamu ke laut, air garam melimpah ruah sekalian cari inspirasi menulis puisi siapa tahu sakit gigimu bisa hilang di telan gelombang".
Aku melengos masuk kamar, jungkir balik lagi sambil menulis puisi kesakitan.
Handy Pranowo
02022022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H