Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

1965

27 Januari 2022   12:41 Diperbarui: 27 Januari 2022   12:50 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencintai Tuhan dan aku beragama. Aku bukan hantu yang seketika lenyap lalu muncul, membuat gaduh, huru hara.

Mulutku terbiasa berdzikir tak pernah berkhianat tak pernah melantur. Mimpiku sederhana di bangun dari pagi yang lembut penuh embun.

Aku tak pernah menyulut api revolusi. Aku tak pernah membakar panji-panji kemerdekaan.

Jiwaku tak terbiasa memberontak apalagi mesti membunuh, mengobarkan kata-kata dendam. 

Aku lahir dan hidup di tanah ini dari leluhurku yang berjuang dan rela mati demi negeri ini.

Lantas kenapa kamu menggiring tubuhku, memenggal kepalaku.

Sedang darahku telah beku semenjak kau tuduh aku sebagai pengkhianat bangsa.

Kenapa tidak kau tanya dulu kepadaku perihal air mata yang jatuh, perihal doa-doa yang beku di mulut biru.

Aku tak pernah berkhianat, jiwaku tak sedemikian bangsat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun