Jakarta mengapung di sungai yang dangkal dengan lumpur dan beribu-ribu kuman.
Anak-anak kota bermain layangan di pinggir jalan, riangnya beradu dengan kebisingan.
Tanah lapang tidak bisa lagi terpakai sebab di sewakan untuk parkiran.
Dan semrawut kemacetan adalah pemandangan yang menyenangkan.
Hari-hari penuh dengan sumpah serapah, senyum manis untuk banjir dan tumpukan sampah.
Jalan raya penuh lubang, comberan-comberan mampet bersama pikiran.
Bau asap knalpot, bau amis got, bau bangkai tikus yang mati terlindas di tengah jalan.
Udara yang kotor ku hirup penuh bakteri, sejuk menyegarkan.Â
Pelan-pelan senja turun di pinggiran kota Jakarta nampak indah namun ragu-ragu untuk singgah.
Sedikit awan mendung berkelebat di antara wajahnya, layang-layang menutupi satu matanya.