Ketakutan kerap menyelinap di dalam mimpi sedang jiwa terasa berat berpisah di kemudian hari.
Bencana menunggu datang dari balik matahari, dari dalam kawah gunung yang diam menyendiri
dan di kedalaman lautan yang maha sunyi.
Lempeng bumi pelan-pelan bergerak mengabaikan dugaan pusat badan meteorologi.
Ia membuat air laut bergelombang tinggi bergerak jauh menuju ke pantai.
Orang-orang panik berlarian keluar, menuju jalan raya tanpa ingatan apa-apa selain menyelamatkan diri.
Radio dan televisi ramai berbunyi, mengatakan lempeng bumi yang bergerak bisa jadi berpontensi tsunami.
Tanah-tanah retak, gedung-gedung limbung mengeluarkan semua isinya, runtuh tak tersisa.
Dengan wajah yang bingung, kepanikan berhamburan, mitigasi seakan lupa di pelajari.
Dan pada akhirnya tiada yang tersisa kau temukan selain tangis kepedihan.
Sirene ambulan akan terus menyala di sepanjang jalan di antara reruntuhan dan tak akan lagi kita saling mengenal.
Wajah kita penuh dengan kepedihan tiada senyuman dan di kolom berita lebih banyak tayang korban bencana alam.
Aku membayangkannya seperti itu, ketakutan yang menyelinap ke dalam tidur.
Selagi kita asyik berselimut, diam-diam lempeng bumi bergerak dari patahan megathrust yang selama ini tidur ratusan tahun.
Handy Pranowo
18012022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI