Dan saat itu semua sulit di bedakan. Terlihat rindu namun penuh dendam.
Terlihat cinta namun memeras dan memaksa. Apakah sekarang masih kau rasa, wahai orang-orang Lebak?
Sekali lagi, matahari tak bisa di ajak kompromi seperti menyuruhku pergi dari keasingan ini.
Namun langkahku telah mendekati alun-alun dan menara masjid Agung nampak tinggi dan anggun.
Tuan Gubernur, tuan Bupati, perkenalkan diriku yang datang dari jauh.
Aku bukan makelar kopi hanya penikmat sepi, aku hanya pengunjung yang baru saja lahir dan tiba-tiba melihat Lebak, melihat Rangkasbitung.
Boleh saja waktu terus berlalu namun bagaimana juga sejarah tak boleh surut.Â
Telah banyak air mata yang jatuh juga derita hidup yang berlalu.
Di sini di Rangkasbitung, aku menyusuri jalan raya Multatuli.Â
Melihat lebih dekat apa yang pernah terjadi.
Handy Pranowo