Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Telah Ku Pendam

3 Januari 2022   16:38 Diperbarui: 3 Januari 2022   16:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/Victoria_Borodinova

Engkau takdir hidupku yang menyempit di jalan buntu.

Berulang kali telah ku tempuh jalan itu hingga hujan jatuh dari mataku.

Cinta telah membeku mengguyur sekujur tubuhku.

Karena ia datang dari hatimu dari tatapan mata yang lugu menusuk jantungku.

Kesepian hatiku telah kau rampas, kau baringkan di dadamu yang hangat itu.

Ku sentuh bibirmu dengan bibirku yang mengandung racun.

Kita terbius di malam pertama bertemu dan telah kau kunci segala pintu.

Lenguh nafasmu mengalir ke lantai seperti kabut di ujung jalan turun melandai. Beku.

Ke dua mata bertatapan, membakar ruang yang gelap.

Nyala api cinta hingga ke langit biru. 

Berwarna hitam pekat, sejuta hasrat di dalam kalbu.

Kita reguk kenikmatan dengan segala pongah dan nafsu.

Engkau takdir hidupku yang menyempit di jalan buntu.

Barangkali tidak ada yang mesti di sesalkan sebab memang tak mesti di sesalkan.

Bayangan muram di dinding kamar hanya sejumput senyum dari kisah masa lalu yang buram.

Telah ku pendam di dalam remang-remang matamu yang telah pergi berlalu.

Handy Pranowo

03012022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun