Engkau takdir hidupku yang menyempit di jalan buntu.
Berulang kali telah ku tempuh jalan itu hingga hujan jatuh dari mataku.
Cinta telah membeku mengguyur sekujur tubuhku.
Karena ia datang dari hatimu dari tatapan mata yang lugu menusuk jantungku.
Kesepian hatiku telah kau rampas, kau baringkan di dadamu yang hangat itu.
Ku sentuh bibirmu dengan bibirku yang mengandung racun.
Kita terbius di malam pertama bertemu dan telah kau kunci segala pintu.
Lenguh nafasmu mengalir ke lantai seperti kabut di ujung jalan turun melandai. Beku.
Ke dua mata bertatapan, membakar ruang yang gelap.
Nyala api cinta hingga ke langit biru.Â
Berwarna hitam pekat, sejuta hasrat di dalam kalbu.
Kita reguk kenikmatan dengan segala pongah dan nafsu.
Engkau takdir hidupku yang menyempit di jalan buntu.
Barangkali tidak ada yang mesti di sesalkan sebab memang tak mesti di sesalkan.
Bayangan muram di dinding kamar hanya sejumput senyum dari kisah masa lalu yang buram.
Telah ku pendam di dalam remang-remang matamu yang telah pergi berlalu.
Handy Pranowo
03012022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H