Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemana Perginya Perempuan Itu

7 Desember 2021   13:57 Diperbarui: 7 Desember 2021   14:45 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Kemana perginya perempuan itu/pixabay.com

Kemana perginya perempuan itu.

Di rahimnya penuh luka jahitan bekas di tusuk-tusuk.

Rambutnya yang panjang terurai harus pasrah bertekut lutut.

Bibirnya penuh kecupan-kecupan air liur yang mengandung racun.

Perempuan itu bingung.

Sorot matanya tak lagi mampu mengenali wajahnya.

Air matanya sudah habis terkuras di hisap tanah merah kubur bapaknya.

Keperihan di dalam dada begitu beringas merenggut hatinya.

Ia mengalami luka, seribu luka bahkan malaikat pun ikut terluka.

Tuhan di dadanya memutar jarum waktu yang seakan-akan memberi tahu sebentar lagi kamu pasti mati.

Bahkan sebelum mimpi-mimpimu terbukti menjadi api yang membakar ranjang tidurmu yang penuh dosa.

Ah sialan, kamu memang pantas mati kata seorang lelaki di ujung gang dengan seragam coklat penuh darah di tangannya.

Wahai perempuan yang cantik dan malu-malu, kemana bayanganmu tertuju?

Adakah angin dari selatan membawamu pergi jauh.

Ke selaksa ruang di mana mengalir sungai keruh yang penuh bimbang dan ragu.

Dan di jalanan banyak polisi menanyakan kepergianmu sambil mengetuk pintu rumahmu yang tak pernah tertutup.

Kembali kamu termangu, menunggu keberanian di dalam hatimu.

Harapan adalah bayangan dosa-dosa masa silam yang belum sempat terkubur.

Cermin di kamar memantulkan apa yang tak semestinya di pantulkan.

Tak ada jalan keluar, semua buntu, tak ada pintu keluar, semua tertutup.

Aku, perempuan muda dengan segudang cinta di dada dan mata penuh rindu.

Menatap dunia dengan keyakinan penuh suatu hari nanti aku pasti menjadi perempuan utuh.

Aku tak akan mudah takluk dengan apapun sebab aku mempunyai cita-cita yang luhur.

Aku perempuan muda yang akhirnya harus hancur luluh.

Lelaki itu bersorak-sorai, hasratku terpendam tercerai-berai.

Tubuhku rubuh menampung segala perasaan yang membludak bagai topan.

Lonceng kematian telah di perdengarkan.

Di jalan aku temukan doa-doa berserakkan. 

Aku perempuan muda dengan segudang cinta dan mata penuh rindu di tengah hidup yang ambigu.

Harus pasrah menghadapi tekanan yang tak ku duga begitu sangat mengganggu tidurku.

Kini tak ada lagi air mata tak ada lagi kepedihan.

Aku telah bertemu ayahku.

Handy Pranowo

07122021

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun