Tuhan di dadanya memutar jarum waktu yang seakan-akan memberi tahu sebentar lagi kamu pasti mati.
Bahkan sebelum mimpi-mimpimu terbukti menjadi api yang membakar ranjang tidurmu yang penuh dosa.
Ah sialan, kamu memang pantas mati kata seorang lelaki di ujung gang dengan seragam coklat penuh darah di tangannya.
Wahai perempuan yang cantik dan malu-malu, kemana bayanganmu tertuju?
Adakah angin dari selatan membawamu pergi jauh.
Ke selaksa ruang di mana mengalir sungai keruh yang penuh bimbang dan ragu.
Dan di jalanan banyak polisi menanyakan kepergianmu sambil mengetuk pintu rumahmu yang tak pernah tertutup.
Kembali kamu termangu, menunggu keberanian di dalam hatimu.
Harapan adalah bayangan dosa-dosa masa silam yang belum sempat terkubur.
Cermin di kamar memantulkan apa yang tak semestinya di pantulkan.
Tak ada jalan keluar, semua buntu, tak ada pintu keluar, semua tertutup.