Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menuju Pulang

29 November 2021   16:36 Diperbarui: 29 November 2021   16:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lihat diriku tengah bermain gundu dan kakiku tak mengenakan sandal.

Dan dari dapur tungku kayu, aroma nasi goreng buatan ayah memanggil-manggil namaku .

Ibu tengah duduk di kursi tamu sedang menjahit celana seragam sekolahku.

Segalanya nampak sederhana, aku belajar menghitung angka dan membaca cerita.

Namun tiba-tiba waktu menanjak dewasa, segalanya tak terasa, hampa. 

Aku punguti sisa-sisa kenangan itu meski nyatanya sia-sia.

Waktu telah mencair menuju muara tak akan lagi kembali ke hulu.

Akan ku ketuk pintu rumah itu dengan air mata. 

Setelah sekian lama diriku asing dan terlunta-lunta di balik tembok kota.

Dan bagai masa kanak-kanak dulu aku akan bercerita.

Sambil kepalaku terbaring di atas pangkuan ibu tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun