Aku lihat diriku tengah bermain gundu dan kakiku tak mengenakan sandal.
Dan dari dapur tungku kayu, aroma nasi goreng buatan ayah memanggil-manggil namaku .
Ibu tengah duduk di kursi tamu sedang menjahit celana seragam sekolahku.
Segalanya nampak sederhana, aku belajar menghitung angka dan membaca cerita.
Namun tiba-tiba waktu menanjak dewasa, segalanya tak terasa, hampa.Â
Aku punguti sisa-sisa kenangan itu meski nyatanya sia-sia.
Waktu telah mencair menuju muara tak akan lagi kembali ke hulu.
Akan ku ketuk pintu rumah itu dengan air mata.Â
Setelah sekian lama diriku asing dan terlunta-lunta di balik tembok kota.
Dan bagai masa kanak-kanak dulu aku akan bercerita.
Sambil kepalaku terbaring di atas pangkuan ibu tercinta.