Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Digoda Hantu

4 Oktober 2021   01:42 Diperbarui: 4 Oktober 2021   01:48 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Percaya sama mahkluk halus atau pernah melihat mahluk halus atau bahkan pernah di ganggu mungkin oleh mahkluk halus. Makhluk halus di sini maksudku hantu, bisa genderuwo, pocong, kuntilanak atau apapun lah.

Percaya tidak percaya sih ya sama hal mistis macam hantu-hantu yang tadi saya sebutkan namun ada satu kejadian yang tidak pernah terlupakan dalam hidup saya bahkan hingga saat ini. 

Sebenarnya ini kejadian lucu bukan seram bahkan mungkin ini hal konyol yang memalukan yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu tepatnya di masa-masa awal saya bekerja sebagai Waiter di sebuah restoran dan bar di jalan Mahakam, Blok M sekitar tahun 2001.

Kejadiannya pas malam Senin selepas pulang bekerja, tapi sebentar coba cek deh oleh teman-teman Kompasianer pasti lebih serem dan lebih sepi kalo malam Senin di banding malam Jumat, apalagi yang tinggal di kota-kota besar kelihatan benar perbedaanya.  

Ya sudah kita langsung saja ke inti ceritanya. 

Hari Minggu itu saya dapat tugas kerja shift dua dari jam 4 sore sampai jam 12 malam biasanya kalo pulang malam saya naik Bajaj atau naek angkot "Tuyul" dari terminal Blok M ke arah Kebayoran Lama.

Tetapi berhubung malam itu ada seorang kawan yang bernama Budi yang kebetulan satu arah pulang dan ia membawa motor maka dia pun mengajak saya untuk pulang bareng.

Naek Vespa cuy, tapi Vespa bodong yang sudah nggak jelas rupanya, sebenarnya dia baru saja beli motor tersebut dari salah seorang temannya namun STNK nya tidak ada, lampu depannya menyala redup tidak jelas juga, lampu belakang tidak menyala, lampu sen keduanya juga bernasib sama.  

Pokoknya amburadul deh tuh Vespa, katanya dia "ngangkat" seharga tiga ratus ribu rupiah dari seorang temannya yang pecandu narkoba.

Tetapi cuek sajalah, happy-happy aja lagi pula saya bisa save uang 5000 rupiah ongkos naik angkot. Di tengah perjalanan Budi menawarkan menginap di rumahnya sekalian menonton bola kebetulan rumahnya di daerah Bintaro tidak jauh dari tempat tinggal saya yang di Kebayoran Lama. 

Tanpa bertanya kepadanya siapa yang bertanding bola malam itu saya pun mengiyakan ajakannya. Vespa jalan santai di jalan lengang dan sesekali kami mengobrol sambil menikmati rokok kretek. 

Tidak ada yang aneh semua berjalan lancar motor Vespa bin rombeng ini pun ternyata oke juga di bawa jalan, tidak berapa lama kami pun sudah melintasi jalan pemakaman Tanah Kusir. 

Setelah melewati makam Bung Hatta motor sedikit bermasalah namun bisa terkendali lalu jalan agak berbelok menurun begitu lewat jembatan dan menanjak tiba-tiba, treng teng teng teng, treng teng teng teng blep mesin mati seketika, di tengah tanjakan, di jalanan sepi dan gelap.

Terpaksa saya turun dari motor dan kami pun mendorong motor tersebut sampai ke pinggir jalan. 

Ada sekitar 10 sampai 15 menit kami mencoba mengutak-atik motor tersebut untuk segera bisa hidup kembali namun nyatanya Vespa butut itu tak mau bersahabat. 

Kami pun istirahat sebentar duduk di pinggir jalan yang sepi dan lengang sambil membakar kembali rokok. Kami tak mempunyai perasaan aneh dan macam-macam selain bertanya kenapa masalahnya motor Vespa ini tiba-tiba mogok di tengah jalan.

" Bir buka aja deh di sini, kelamaan kalo sampe rumah lu nih Bud, keburu jadi tape"
" Ya udah cocok deh"

Belum lagi saya membuka tutup botol bir tersebut tiba-tiba Budi mengatakan mencium sesuatu seperti bau minyak wangi atau minyak rambut semacam itulah katanya.

Tak lama setelah itu tiba-tiba kami mendengar ada seorang wanita yang tertawa terkekeh dan suara tersebut persis di belakang kami duduk. Spontan saja kami berdiri dan berlari menuju ke seberang jalan meninggalkan sebotol bir dan Vespa butut yang sedang mogok terparkir. 

Kami berteriak minta tolong dan kebetulan lewat mobil bak sayur melintas dari arah Bintaro hendak menuju ke pasar Kebayoran Lama, tanpa pikir panjang lagi kami berhentikan mobil bak tersebut.

" Pak tolong pak, pak tolong pak"

Sang supir pun bingung melihat keadaan kami dengan raut muka yang ketakutan dan tanpa babibu kami pun langsung saja naek ke atas mobil bak tersebut berdesakan berbagi tempat dengan tumpukan sayur-sayuran beserta satu orang lelaki paruh baya yang berselimut kain sarung yang duduk meringkuk di sudut.

" Ono opo to lik koyo e liat demit yo" (ada apa nak, kayak melihat setan aja)
" Iyo mbah"
" Cah nom kok wedi karo demit" (anak muda kok takut sama setan)

Lelaki paruh baya itu pun hanya tersenyum tipis, entah sinis atau kedinginan, motor Vespa butut bin rombeng kami tinggalkan di pinggir jalan. Setelah agak jauh dari lokasi tempat kami di takut-takuti, kami pun meminta sang supir  mobil bak untuk berhenti di sebuah warung kopi.

Akhirnya kami pun tak jadi menonton bola melainkan menunggu di warung kopi hingga subuh datang untuk dapat mengambil motor itu kembali.

Dan alhamdulilah hingga subuh menjelang motor Vespa Budi masih ada di pinggir jalan.

Esok lusa kami pun bertemu kembali di tempat kerja dan menceritakan kejadian tersebut kepada teman-teman sambil tertawa-tawa.

Handy Pranowo

04102021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun