Puisi 4
Aku mempunyai sejuta hujan untuk ku berikan kepadamu.
Tetapi tidak cinta tidak juga rindu.
Sebab aku hanyalah gumpalan awan yang terpanggang di langit.
Dan sengaja meneduhkan dirimu dari panas yang terik.
Puisi 5
Adakah pekat dalam dadamu yang belum pernah ku buka atau ku remas
dalam remang bayang rindu dan cinta yang panas.
Mencintaimu tidak hanya sekedar dari rindu dan cerita-cerita,
mencintaimu seperti juga mencintai lenguh nafasmu yang panjang menderu.
Yang sering kali bergemuruh di dalam awan nan mendung.
Lalu ku seka keringat di keningmu bagai butiran gerimis yang lembut jatuh.
Puisi 6
Selagi kemarau masih ada dan meranggaskan daun-daun segar.
Kenapa tidak kamu iyakan pernyataan cintaku kepadamu yang ikhlas.
Biar nanti di kala musim hujan datang kita dapat berteduh dalam naungan cinta.
Bukankah itu mengasyikan kau dan aku dalam hujan yang deras berlarian.
Menyusuri rindu yang tertahan di dada membiarkannya mekar hingga waktunya tiba
Ku petik bunga dalam halal yang indah dalam satu ikatan cinta.
Puisi 7
Dan kau, kau yang bagai bayang menyelimutiku dalam sunyi
pergilah sebab aku ingin sendiri.
Menikmati kelumpuhan dan mencoba untuk berdiri.
Ku tak ingin lagi mengenalmu, ku ingin terus menjauh dan menghilang
bagai lambaian tangan di dermaga saat kapal berangkatberlayar.
Puisi 8
Ada ruang yang belum terjamah dan kuingin memasukinya
seperti udara yang bebas lalu lalang menyelinap di lubang jendela.
Merekahlah iman dan ku buang dosa di pelataran jalan hitam nan kasar.
Ku biarkan menggigil dan membeku menjadi keheningan malam.
Puisi 9