Pecah ombak berkejaran di mata.
Punggung langit dan punggung samudera saling berhadap-hadapan
di lewati angin yang datang dari segala arah.
Hei, aku pelaut menyusuri lembah samudera.
Hei, aku pelaut tak gentar dan tak goyah di hantam badai bergelora.
Ku datangi negara-negara jauh yang tersohor dan terkemuka.
Ku sambangi daratan-daratan kecil dengan pantai yang jernih penuh ikan-ikan bercanda.
Ku bebaskan pikiranku mengembara ke ujung-ujung dermaga di mana warna semburat senja menyimpan cerita.
Ku biarkan diriku mendayung pengalaman yang sarat makna bekal hidup kelak di hari tua.
Duhai ibu, duhai tanah pertiwi rinduku kekal abadi kepadamu meski jauh aku berlabuh.
Wahai ibu, wahai tanah pusaka ku ingat selalu wajahmu meski jauh aku mengembara.
Tunggu aku sayang, tunggu aku kekasihmu tercinta,Â
telah ku dera rindu dari waktu yang telah ku tempuh, wangi tubuhmu, gelombang rambutmuÂ
ku dekap selalu meski cobaan bergemuruh di dalam kalbu.
Handy Pranowo
24032021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H