Rambutmu yang tergerai jatuh menjadi hujan pertama di bulan ini.
Dan aku tak tahu bagaimana mencintaimu hingga membuatmu kelak merindu ingin.
Namun ketahuilah di mataku tersimpan kehangatan yang dapat membasahi hatimu yang dingin.
Kelak ketika semua itu mencair menjadi air mata, kau dapat membasuh luka-luka mu yang kering.
Bagiku mencintaimu adalah hal yang paling sulit ku mengerti sekaligus tak pernah ku sadari.
Sementara waktu terus mengajariku bagaimana menciptakan puisi.
Ketahuilah sayang, aku selalu ingin mencintaimu lebih.
Seperti pelangi yang menjuntai mewarnai langit, seperti hujan yang mengalir membasahi bumi.
Aku begitu ikhlas, begitu memahami perasaan dirimu yang selama ini menunggu di cintai.
Maka ku biarkan diriku terjebak dalam malam-malam penuh mimpi di mana kehadiranmu menyeruak menciptakan pagi.
Dan aku lihat di sana, kita tengah sibuk memetik cahaya matahari yang mekar di sela-sela embun untuk kita simpan di dalam hati.
Ketika itu dapatlah ku hirup aroma tubuhmu bagai wangi hujan pertama di bulan ini.
Dengan tenang penuh percaya diri ku kecup lembut bibirmu yang merona merah pagi hingga tumbuh rindu di dalam puisi ini.
Handy Pranowo
02032021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI