Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penantian Sabar

21 September 2018   02:06 Diperbarui: 13 Februari 2021   12:09 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi liputan6.com

Ibunda Sabar berprofesi sebagai penjahit rumahan, sebelumnya ia hanya penjaja kue dan gorengan keliling. Ketrampilan menjahit ini di dapat dari program ibu-ibu PKK, Yati sangat di siplin dan selalu hadir dalam setiap acara pelatihan kursus menjahit, ia berpikir untuk ke depannya dapat membantu perekonomian keluarganya, ia sadar pendapatan suaminya sebagai nelayan masih belum cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga di jaman sekarang. 

Alhamdulillah dari hasil menjahit perekonomian keluarga mereka sedikit membaik, Yati rajin dan giat, sebulan ia bisa mendapatkan orderan menjahit dua atau tiga baju, Yati tidak sendiri ia di bantu oleh anak perempuannya.

Tepat di hari ke tiga saat saat adzan subuh baru saja usai, terlihat dua perahu kayu yang cukup besar ingin bersandar di dermaga, Abidin pulang bersama rombongan nelayan lainnya. Suara-suara gaduh terdengar di pinggiran dermaga menyoraki kedatangan mereka yang telah kembali pulang. Hasil tangkapan ikannya lumayan banyak, dari beberapa jenis ikan yang biasa ada di pasaran.

Ikan Tongkol, teri, kerapu, ikan layur, cumi-cumi dan lainnya.

"Kau kemana saja Abidin, ku kira kau telah lenyap di terjang ombak " sahut seorang lelaki tua yang sibuk membantu menurunkan hasil tangkapan ikan.

Abidin tertawa dan berkatalah ia.

"Kami memang di terjang ombak tapi kami ini adalah nelayan dan kami hidup di lautan " sahut Abidin berbangga ria.

"Kapal kami sempat mogok kemarin maka kami agak telat pulang, untung ada kapal TNI yang membantu memberikan bahan bakar " sahut pemuda bertato yang paling besar di antara awak kapal lainnya.

Setelah turun semua hasil tangkapan ikan dari perahu lalu di bawalah ke tempat pelelangan yang tak jauh dari sana. Abidin menyerahkan semua tanggung jawab penjualan kepada salah seorang kerabatnya. Abidin ingin cepat pulang ke rumah, ia rindu kepada anak bungsunya, ia telah berjanji untuk membelikannya sepatu.

Bergegaslah Abidin menyusuri gang tepian dermaga menuju ke rumahnya, hatinya riang penuh bahagia. Ia bayangkan bau aroma tubuh istrinya, ia bayangkan wajah cantik anak pertamanya dan ia bayangkan anak lelakinya yang akan memeluk tubuh lelahnya. Anak lelakinya yang sangat di harapkan menjadi penerus hidup keluarganya.

Handy Pranowo

060918

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun