Sesekali pandangan anak kecil kurus itu menengadah ke atas langit di mana sebuah layang-layang besar berbentuk perahu berwarna biru meliuk-liuk di mainkan angin. Kalau saja ia benar-benar telah sembuh mungkin ia akan memainkannya layangan besar tersebut. Ia tahu kepunyaan siapa layangan itu namun hati Sabar tengah di rudung gelisah, ia menunggu ayahnya yang belum juga kunjung datang sudah seharian ini melaut.
"Nak, ayo masuk, jangan angin-anginan dulu, kamu baru saja sembuh. Suara lembut itu terdengar dari dalam rumah, membuyarkan lamunan Sabar.
"Kapan ayah pulang bu ? " tanya Sabar.
"Sebentar lagi ayahmu pulang, ia akan bawa tangkapan ikan yang banyak.."
"Katanya kamu mau cepat sembuh dan bermain bola lagi bersama teman-temanmu, makanya ayo masuk nak.
Sabar tak bergeming masih saja di tempat duduknya. Tak lama deru suara mesin jahit pun terdengar. Sabar pun masuk ke dalam rumah.
"Aku sudah sembuh mak, aku ingin sekolah besok, tapi sepatuku rusak aku tak mau lagi pakai sepatu kakak, itu sepatu perempuan " Sahut Sabar lalu menghampiri ibunya yang tengah sibuk menjahit pakaian.
"Iya, tunggu ayahmu datang ya nak, kalo hasil tangkapan ikannya bagus pasti ayah belikan kamu sepatu baru, tapi ingat jangan kau pakai buat main bola lagi, tak lama pun pasti rusak.
Tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara perempuan memanggil.
"Yat, Yati "
"Iya bu, masuk saja sini ke dalam.