Ada ribuan doa yang kau panjatkan kepada Tuhanmu di malam yang tuli ini.
Doa-doa yang dulu tak pernah terkabulkan, doa-doa yang tercecer di pinggir jalan.
Hingga akhirnya kau menyepi di cangkang malam, mabuk dalam ketiadaan.
Tanpa nada gitar, tanpa candu dan arak, tanpa lirik sumbang anti kemapanan.
Kau mencoba mengukur jarak dirimu dari bayangan masa lalu yang cukup jenuh.
Dari kekhilafan yang simpang siur di abaikan, hingga jalan yang lurus menjadi berkelok dan curam.
Dan kini kau ingin mencintai hidupmu lebih dari kekurangan dirimu.
Hidup yang bernafas, hidup yang bernyawa, hidup yang serta merta harus menerima segala coba.
Kau ingin berbelok arah tak lagi mengikuti mata angin melainkan mengikuti mata hati.
Mata hati yang dulu begitu lembut mengajakmu bertakbir dalam keremangan sunyi.Â
Kau ingin jadi dirimu yang di kenali oleh penciptamu saja bukan orang lain.