Aku bukan malaikat atau peri, aku hanya gadis kecil tanpa sepatu dan tongkat ajaib.
Aku tak punya sihir apalagi mantra, aku hanya punya doa-doa yang sering ku ucapkan sebagai rasa syukurku
kepada Tuhan.
Aku hadir di dunia bukan pula kehendakku, aku hanya menuruti apa yang sudah di gariskan untukku.
Lihatlah jari tanganku teramat lemah untuk bisa menggenggam apa yang kalian inginkan dariku.
Langkah kakiku masih sebatas rumah dan sekolahan.
Aku belum lagi seorang petualang, aku hanya gadis kecil yang haus kasih sayang.
Â
Â
Aku hanya gadis kecil yang berharap pita warna-warni di atas rambutku, baju-baju lembut dan harum yang di setrika
oleh ibu.
Aku hanya gadis kecil yang ingin selalu bermain dengan teman-teman sebayaku, bernyanyi, menari, menghirup
udara segar tanpa balutan kekerasan tanpa balutan kehinaan.
Aku masih perlu belajar serta memaknai hidup ini dengan bantuan tangan-tangan lembut yang terus memeluk
tubuhku yang mungil.
Â
Aku bagai anak burung dengan sayap-sayap yang gigil di terpa angin.
Aku tunas muda yang baru saja keluar dan merasakan tetes embun di pagi dingin.
Aku belum lagi tahu apa yang menurutku baik dan benar.
Aku butuh panduan, masih butuh banyak belajar.
Â
Aku hanya bisa menangis saat kau campakan aku dalam kebrutalan.
Aku hanya bisa diam tanpa sedikit perlawanan berarti.
Kematian untukku terlalu singkat bahkan belum juga kau kemas kado-kado ulang tahunku nanti.
Â
Lihatlah kini tubuhku membeku, terlalu pilu untuk kau kenang bahkan tangismu tak dapat membuatku hidup.
Penyesalanmu hanyalah secuil dari tindakan yang tidak masuk akal.
Kamu telah membunuhku, entah apa yang ada di pikiranmu.
Â
Aku hanya gadis kecil dan surga telah menantiku.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H