Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Sistem Informasi Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pelatih Marah Pemainnya Dipanggil Timnas, Salah PSSI atau Klubnya Tidak Koordinasi?

9 Desember 2022   13:25 Diperbarui: 9 Desember 2022   13:32 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial belakangan ramai dengan berita marah-marahnya beberapa pelatih Liga 1, sebut saja pelatih Persija, Thomas Doll, pelatih PSM Makassar, Bernando Tavares dan yang terbaru pelatih Persebaya, Aji Santoso. Mereka marah karena pemain andalan di klub mereka masing-masing dipanggil untuk  pemusatan latihan (TC) di Bali. Ketiganya  sepakat bahwa pemanggilan pemainnya dilakukan tanpa adanya komunikasi.

Thomas Doll mengatakan bahwa pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memanggil pemain di klubnya tanpa menghubungi dirinya. Hal tersebut menurut pelatih asal Jerman tersebut adalah hal yang aneh karena baru ia temui saat ini.

"Ketika Anda memberi satu orang power semacam ini, saya tak bisa berkata lebih banyak. Setiap coach di klub pasti marah dengan situasi ini karena pemain mereka diambil sesuka hati, tidak ada komunikasi," kata Thomas Doll dikutip dari Tribun Jakarta, Kamis (8/12/2022).

"Jadi buat saya ini pengalaman baru tapi saya tak suka hal ini. Karena saya datang dari dunia yang berbeda, saya bermain dan saya melatih di negara-negara lain. di Jerman, Anda bekerja untuk tidak bisa lakukan semacam itu. Lalu saya di sini, semua orang setuju dengan itu, oke saya hanya bisa ngomong pendapat saya tetapi tidak lebih. Saya tak senang dengan situasi ini," sambungnya.

Hal senada diungkapkan juga oleh  Bernando Tavares, ia mengkritik PSSI yang memanggil pemain PSM untuk menjalani TC dalam rangka untuk persiapan Timnas Indonesia di Piala AFF. Menurut pelatih asal Brasil tersebut, tidak ada kewajiban bagi timnya untuk melepas pemain karena ajang ini bukan ajang resmi dari FIFA.

"Saya perlu sampaikan, perlu mereka (PSSI) juga perhatikan bahwa hal-hal terkait aturan pemanggilan yang bukan FIFA Matchday, Tapi ini bukan kultur saya, ini kultur baru bagi saya. Sesuatu hal baru saya lihat sepanjang hidup saya, bahwa pemain dipanggil berbulan-bulan untuk mengikuti agenda training camp atau apa," kata Bernando Tavares dikutip Tribunnews.

"Sepak bola mana pun, di tempat saya sebelumnya tidak ada seperti ini," sambungnya.

Sementara Aji Santoso lebih menekankan bahwa agar TC tidak perlu lama-lama atau tidak perlu sama sekali. Baginya kehilangan dua pemain andalannya, yakni Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan sangat terasa bedanya. Ia lebih menginginkan agar pemainnya dipulangkan karena selain bisa memperkuat tim, juga agar kompetisi Liga 1 bisa lebih berkualitas.

"Dengan kehadiran pemain-pemain timnas, kompetisi akan lebih berkualitas, begitu pula dengan tim nasional. Para pemain timnas bisa bergabung ke klub, karena tidak hanya Persebaya ya, banyak tim yang memiliki pemain timnas tapi kalau di kompetisi tidak bisa digunakan kan sayang." ," ujar Aji Santoso dikutip dari Bolasport.

"Nah, ini sebenarnya ada jalan keluar, yaitu memberi kesempatan main untuk pulang H-1 atau H-2, kecuali turnamennya timnas sudah dekat satu minggu tapi kalau jaraknya masih sebulan, dua bulan, itu lebih bijaksana untuk bisa bergabung ke klub. Sebab para pemain bisa meningkatkan kualitas mereka melalui kompetisi," tambahnya.

Keluhan pelatih terhadap Shin Tae-yong sebenarnya seharusnya sudah clear, sebab PSSI selaku pengelola sepakbola di Indonesia tidak akan mungkin memanggil pemain Timnas tanpa mengirim surat pemanggilan yang disodorkan kepada manajemen klub. Dari Google kita bisa lihat bahwa banyak sekali tersebar surat panggilan pemain untuk membela Timnas kepada klub, bahkan sudah dalam level SSB loh.

Barangkali inilah adanya miss antara manajemen dengan pelatih klub. Seharusnya apabila ada komunikasi yang intens hal ini tidak akan mungkin terjadi. Penulis menduga bahwa kemungkinan besar mengapa pelatih marah-marah terkait isu pemainnya yang dipanggil Timnas adalah karena target tinggi yang diusung manajemen. Tanpa pemain andalan, pelatih bisa kesulitan menyusun skema terbaik untuk meraih kemenangan.

Di luar itu, sebenarnya ada peraturan bahwa maksimal pemain yang bisa dipanggil klub adalah dua sampai tiga pemain. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan mantan Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita pada tahun 2021 silam usai adanya manager meeting antara kontestan Liga 1 dengan PSSI.

"Klub sepakat BRI Liga 1 tetap berjalan dengan catatan jumlah pemain dari setiap tim yang bisa ditarik ke Timnas Indonesia maksimal dua orang. Jika kompetisi sedang kosong bisa tiga pemain dari setiap klub yang dipanggil ke Timnas Indonesia," ungkap Lukita seperti dikutip dari Bola.

Padahal, secara susunan pemanggilan pemain di TC Timnas Indonesia dalam persiapan AFF juga sesuai dengan aturan. Memang catatan untuk klub Persija dan PSM saja yang memang jumlahnya lebih dari dua pemain, namun wajar karena di dua klub itulah talenta terbaik Indonesia saat ini bermain.

Di luar itu, sebelumnya harus sadar bahwa pada rapat koordinator pada November 2022 lalu antara Menpora, PSSI, Kemen PUPR, Kemenkes, Kepolisian dan pemilik klub bahwa peserta Liga 1 wajib menyetorkan pemainnya dalam rangka tujuan digulirkannya liga yakni berupaya membentuk timnas tangguh di berbagai tingkatan umur.

"Artinya komitmen dari klub terhadap terbentuknya timnas, sudah sangat jelas. Tapi kita tahu persis, kalau hanya dengan latihan saja, apakah di dalam negeri atau di luar, itu tidak cukup. Harus ada atmosfer kompetisi yang bisa mengasah kemampuan timnas ini," kata Menpora Zainul Amali seperti dilansir dari Republika.

Pernyataan Menpora juga diperkuat oleh Ketua Umum PSSI, Iwan Bule yang mengingatkan agar 18 kontestan Liga 1 sudah sepakat untuk memberikan dukungan sepenuhnya terhadap terbentuknya tim nasional yang tangguh, baik untuk senior maupun untuk tim Indonesia kelompok umur.

"Sebelum Liga kembali bergulir, dalam rakor kita sepakat dan semua sepakat seperti Kemenpora, PSSI, PT LIB, para pemilik klub Liga 1, pihak Kepolisian, Kementerian PUPR, hingga Kemenkes dimana tujuan kita adalah untuk kepentingan Timnas Indonesia yang kuat, kokoh dan tangguh dalam menghadapi berbagai turnamen internasional. Jadi tidak ada lain, kecuali demi kepentingan Timnas," kata Iwan Bule seperti dikutip dari JPNN.

Dari pernyataan di atas, penulis berkesimpulan bahwa manajemen klub harus lebih banyak koordinasi kepada tim kepelatihan klub agar masalah ini tidak terjadi di kemudian hari. Tentunya kita semua ingin agar yang dipanggil di Timnas Indonesia adalah pemain terbaik, bukan pemain terbaik berdasarkan klub alias dibatasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun