"Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia" begitu pekik pernyataan Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno dalam sebuah pidatonya. Beliau percaya bahwa pemuda merupakan agen perubahan di mana di tangan pemuda, segala sesuatu yang sifatnya revolusioner akan muncul dan tentunya akan memiliki manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi bangsa Indonesia dan dunia.
Saat ini, Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19 yang membuat perputaran roda ekonomi mendadak mandeg. Himbauan berupa physical distancing dan bekerja dari rumah serta serangkaian anjuran Pemerintah soal pembatasan aktivitas di luar rumah seperti belajar dan beribadah di rumah membuat situasi ekonomi berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Dampak yang paling terasa adalah bagi mereka yang sehari-hari mencari nafkah sebagai pekerja harian di mana mayoritas dari mereka kehilangan pekerjaan lantaran minimnya aktivitas masyarakat sejak himbauan untuk berkegiatan di rumah saja.
Akibatnya bisa kita lihat sama-sama. Banyak dari mereka harus terusir dari tempat tinggalnya. Beberapa bahkan harus menjual properti pribadi sebagai upaya untuk menyambung hidup. Dan yang paling menyedihkan sekaligus ironi adalah ada yang meninggal bukan karena terkena Covid-19, tetapi karena kelaparan.
Menilik dari kondisi seperti yang disebutkan di atas, tentunya membuat Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana atau Graisena yang mayoritas relawannya adalah pemuda pun tergerak hatinya untuk ikut serta dalam menanggulangi wabah virus yang berasal dari Wuhan tersebut agar kondisi bisa pulih seperti sedia kala.
Dengan didominasi oleh banyak anak muda pada gilirannya membuat ide-ide untuk mengembangkan yayasan menjadi berlimpah ruah dan bermuara menjadi program kerja bagi yayasan yang bermarkas di Jakarta ini untuk dijalankan.
Benar saja, salah satu program Yayasan Graisena viral di media sosial, bahkan menjadi pesan berantai yang  banyak disebarkan oleh influencer bahkan artis seperti Aming Sugandhi pun ikut memviralkan.Â
Adapun program yang dimaksud adalah Program Bantuan Pasien Covid dengan Status Pasien dalam pengawasan (PDP) dan Covid-19. Program ini menyasar bagi keluarga, utamanya bagi anggota keluarganya berstatus pdp atau bahkan positif corona dan posisinya adalah sebagai pencari nafkah utama.
Akhirnya Yayasan Graisena sendiri akhirnya mendapatkan perhatian media. Bahkan profil yayasan pun diangkat dalam tayangan Kompas TV dalam acara Jejak Kasus dengan tema "Cerita Petugas Medis Lawan Corona" yang tayang  pada Selasa, 24 Maret 2020 lalu di mana Ketua Yayasan Graisena, Agung Firmansyah diminta untuk menjelaskan kegiatan kemanusiaan yang tengah dijalani oleh organisasi non profit ini.
Tak cukup sampai disitu. Yayasan Graisena sendiri kembali membuat gebrakan dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (ADP) berupa Masker Medis dan Hazmat Suit bagi petugas kesehatan maupun pendukungnya di awal-awal Pemerintah mulai menetapkan status darurat Covid-19.
Saat itu, kedua barang yang penting bagi kesehatan tenaga medis tersebut menjadi barang yang langka di pasar, namun Yayasan Graisena mampu menyediakan dan mendistribusikannya dengan berbekal jaringan dan koneksi antar relawan mampu menyalurkan baik masker medis ataupun hazmat suit ke rumah sakit dan puskesmas di 10 Provinsi dan 23 Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia.
Tentunya Yayasan Graisena tidak hanya menyalurkan bantuan kepada keluarga korban covid atau tenaga medis, tetapi juga masyarakat luas yang terkena imbas atau dampak dari bencana virus yang mematikan ini.
Lewat Program Ketahanan Pangan, Yayasan Graisena tercatat telah membagikan sebanyak 11 ton beras untuk 2.200 kepala keluarga se Jabodetabek yang diikuti juga dengan kegiatan serupa di beberapa daerah seperti di Klaten, Solo, Yogya, Boyolali, Buleleng dll. Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dengan menggandeng beberapa komunitas non profit lainnya.
Selain membagikan beras, Yayasan Graisena juga melakukan pembagian paket sembako yang dinamai Paket Nasi Telor Ceplok. Â Di dalam paket sembako tersebut terdiri dari beras, margarin, kecap, telur, dan bahan lainnya.
Adapun Misi dalam kegiatan ini adalah agar dalam kondisi pandemi seperti saat ini, gizi keluarga Indonesia tetap bisa terpenuhi yang mana akan berdampak kepada sistem imun yang kuat.
Dengan banyaknya kegiatan seperti yang disebutkan di atas, tentu banyak yang bertanya-tanya dari mana Yayasan Graisena mendapatkan dana? Pertanyaan ini sendiri sering ditujukan kepada pihak yayasan terkait dari mana sumber pendanaan sehingga bisa merealisasikan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh relawannya.
Lagi-lagi, berbekal dengan banyaknya ide positif yang dilakukan oleh mayoritas anggotanya yang merupakan pemuda, sumber pendanaan pun bisa dapat dari mana saja. Adapun sumber dana utama yang sudah dijalankan sedari lama oleh Yayasan Graisena adalah dengan menjual Marchandise.
Penjualan Marchandise seperti t-shirt, jaket, hoodie, tumblr---yang dilakukan sejak tahun 2013 itu---telah menjadi sumber dana utama Yayasan. Namun, saat ini. Dikarenakan covid, kegiatan ini tidak berjalan normal pada semestinya.
Akan tetapi, bukan anak muda namanya bila tidak kreatif. Yayasan Graisena menggandeng komunitas anak muda lainnya untuk menjalankan misi kemanusiaan. Dengan Komunitas Sharing Gil's Blog misalnya lewat kegiatan Charity Online bernama #CebanPertama dan #CebanKedua---yang mana kegiatannya setiap orang boleh minimal menyumbang sebesar Rp10.000---telah mengumpulkan dana yang sangat signifikan bagi yayasan.
Lalu dengan komunitas lainnya seperti Cocoklogi Science, di mana banyak kegiatan penggalangan dana di sana lewat pelelangan barang pribadi membernya seperti: jam tangan mewah, uang langka, lukisan, koleksi komik, tas branded, helm, bahkan ada yang melelang kendaraan pribadinya yang penjualannya diberikan 100 persen untuk yayasan.
Tak hanya komunitas, banyak perusahaan yang konsumennya atau pelangganya adalah anak muda juga ikut serta dalam  kegiatan amal ini di antaranya Vybes, Lindungi Hutan, Blackandje Official Merch dll. Mereka menjual marchandise atau barang produksi mereka tersebut yang mana keuntungannya diberikan kepada yayasan.
Bahkan ada perusahaan yang bergerak di industri Liquid Vape bernama Noir E-liquid yang bahkan ikut membantu menyediakan supply berupa alkohol dan hand sanitizer kepada Yayasan Graisena untuk disebarkan bagi tenaga medis maupun masyarakat pada umumnya.
Ke depannya, masih banyak kegiatan Yayasan Graisena lainnya. Bahkan, yayasan telah menyusun kegiatan pasca bencana covid-19 di mana yayasan akan mengabdikan diri di semua lini penanggulangan bencana, mulai dari fase pra bencana, pendidikan relawan, pembentukan jaringan relawan tanggap bencana, pembagian bibit tanaman, dan sebagainya.
Pada fase bencana, Yayasan ini akan terlibat aktif dalam proses Search and Rescue (SAR), pendirian dapur umum, pelayanan posko medis, hingga tugas-tugas khusus seperti pemetaan daerah terdampak bencana, dan lainnya.
Sedangkan pada fase pasca bencana, Yayasan ini akan berfokus pada pembangunan infrastruktur, pendirian panti asuhan untuk anak-anak korban bencana, serta membantu mempercepat proses pemulihan trauma pada korban-korban bencana.
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa pemuda Indonesia tidak berpangku tangan. Bahkan dengan ide-ide kreatif, dengan semangat gotong royong mereka mencurahkan ide dan menunjukan aksi nyata dengan turun langsung ke lapangan membantu saudara sebangsa yang sedang kesulitan.
Hal ini tentunya sesuai dengan semangat Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno yang menginginkan agar pemuda berperan sebagai agen perubahan, di mana dirinya bisa bermanfaat minimal dalam lingkungan sekitarnya. Dan, dari pada terus mengutuk kegelapan, lebih baik kita mulai untuk menyalakan lilin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H