Dikutip dari CNN, politisi Hanura itu mgnkonfirmasi bahwa bukan 5.000 pucuk senjata, melainkan pengadaan 500 pucuk senjata laras pendek buatan Pindad oleh Badan Intelijen Negara (BIN) untuk keperluan pendidikan intelijen.
"Saya sudah panggil Panglima TNI dan Polri. Ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas terkait pembelian senjata itu. Setelah saya tanya, saya cek, ini adalah pembelian 500 pucuk senjata dari Pindad untuk sekolah intelijen," kata Wiranto.
Sikap Gatot yang menginformasikan 5000 senjata yang dianggap illegal dan mencatut nama presiden seolah-olah seperti mengulangi ingatan soal Perdana Menteri Tiongkok, Cholu Enlai yang pernah menjanjikan 100.000 pucuk senjata untuk Angkatan Kelima. Narasi ini coba dihidupkan kembali dimana seolah-olah pemerintah saat ini dekat dengan Komunis atau Tiongkok.
Hal inilah yang membuat banyak yang berkesimpulan bahwa manuver-manuver ini sengaja diciptakan oleh Gatot untuk kepentingan pribadinya dalam pemilu pada tahun 2019 mendatang. Pasalnya, sebentar lagi ia akan melepas jabatannya sebagai panglima tertinggi pada Maret 2018.
Ketua SETARA Institute, Hendardi mengatakan bahwa sikap politik Gatot dianggap sebagai hal yng berbahaya lantaran sebagaimana kita ketahui bersama bahwa seorang tentara dilarang untuk ikut-ikut dalam politik. Apalagi, Gatot sendiri saat ini dapat dikatakan sebagai figur yang tengah dicontoh oleh prajurit di Indonesia saat ini.
"Alih-alih menjadi teladan, Panglima TNI justru membawa prajurit TNI dalam konflik kepentingan serius yang hanya menguntungkan diri Panglima TNI," kata Hendardi seperti dikutip dari Metronews.
Mendapatkan Dukungan dari Kaum Konservatif
Sebagai buktinya adanya hubungan tersebut, jurnalis asal Amerika Serikat, Allan Nairn mencatat bahwa Jenderal Gatot terlibat dalam rencana untuk melakukan makar lewat gerakan masa  terhadap pemerintahan Jokowi beberapa waktu lalu seperti tulisan yang dimuat dalam situs berita Tirto.
Meski menurut Gatot, tulisan Allan dianggap berbau fitnah dan berbau hoax sebagaimana yang diungkapkan dan ditulis oleh situ berita Detik, namun dengan sikap yang ditunjukan dirinya sejauh ini justru membuat banyak yang membaca bahwa apa yang ditulis oleh Allan justru mengarah pada sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa Sang Jenderal memang memiliki ambisi politik.
Mengingat jumlah kaum konservatif yang banyak---juga militan, hal tersebut dapat dikatakan sebagai modal bagus bagi dirinya untuk bisa membantu dalam memperoleh kekuasaan mutlak pada tahun 2019 mendatang.