Kalau orang Sunda, pasti tahu dengan kebiasaan mengucapkan "punten" atau jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia artinya "permisi". Biasanya ucapan itu diucapkan oleh siapa saja ketika lewat di hadapan orang lain, ketika menyuruh seseorang untuk mengambilkan sesuatu, atau ketika ia mengunjungi kediaman seseorang.
Selain yang saya sebutkan tadi, masih banyak hal-hal yang diterapkan dengan kata-kata "punten" atau "permisi".
Dan, jawaban dari kata "punten" adalah "mangga". Di sini bukan mangga dalam artian buah mangga yang tumbuh di kebun atau terdapat di pasar. Mangga di sini jika diartikan dengan bahasa Indonesia artinya bisa "silakan", "lanjutkan", atau jawaban positif seperti "ya".
Punten-Mangga, dalam Sunda sudah merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dipisahkan.
Punten itu merupakan sebuah kosakata yang memiliki arti luas dalam Bahasa Sunda. Bisa berarti meminta izin, menolak sebuah ajakan, pengantar untuk menanyakan sesuatu, dan melambangkan orang yang sopan.
Contohnya :
A : Punten Mas, tahu alamat ini?
B : Mangga, oh alamat ini? Punten saya tidak tahu!
A : Oh, iya gak apa-apa Mas. Punten ganggu, Mangga B.
B : Iya, Mangga A!
Dari dialog di atas, banyak dikatakan kata Punten - Mangga. Punten yang pertama digunakan untuk sapaan yang sopan bagi orang Sunda, kemudian pada kata "punten saya tidak tahu", di sini mengatakan bahwa B merasa menyesal karena ia tidak mampu membantu A.Â
Kemudian Mangga yang pertama menunjukkan si B menyambut kedatangan A, dan punten ke dua si A meminta izin untuk pergi, Mangga ketiga merupakan jawaban bahwa si B mengizinkan A untuk pergi.
Punten-Mangga dulu, dengan sekarang sudah berbeda. Karena dulu, orang tua selalu menitipkan pesan kalau kita jangan pernah lupa menggunakannya di manapun berada. Karena itu yang menunjukkan diri kita seberapa tinggi tingkat penghargaan kita pada orang lain.
Tapi sekarang, menemukan orang yang mengatakan punten ketika mereka lewat, atau ketika orang itu meminta bantuan kita rasanya sulit sekali. Bahkan jika kita mengucapkan punten, mungkin agak sulit juga menemukan yang menjawab mangga.Kenapa itu terjadi?Â
Mungkin pertama, karena pergeseran budaya yang sudah kebarat-baratan. Sehingga mereka merasa malu ketika mengucapkan apa yang diucapkan oleh para pendahulunya dulu. Merasa malu karena menganggap budaya punten-mangga merupakan budaya kuno.