Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Raja yang Menenteramkan Hati

18 Maret 2017   10:30 Diperbarui: 18 Maret 2017   20:00 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kedatangan 1.500 rombongan Kerajaan Arab Saudi di Indonesia, adalah peristiwa kebudayaan. Kita dihibur oleh mentum kemewahan yang singgah selama tiga hari di Jakarta, selebihnya di Pulau Dewata. Secara psikologis, masyarakat Indonesia diperlihatkan ekspresi humanitas Sang Baginda Raja Salman yang murah senyum, ikhlas dan membuka diri terhadap negara yang dikunjunginya.

            Dengan menyebut “Indonesia adalah negara kedua saya,” pada balasan suratnya ketika hendak berkunjung ke Indonesia, hal itu  menunjukkan betapa seorang raja terkaya dunia, masih memiliki rasa rendah hati terhadap negara yang kini sedang dirundung banyak masalah.

            Pelajaran lain yang bisa dipetik, kekayaan dan kemasyuran ternyata dihentikan oleh batas. Yakni batas kemuliaan orang lain dan kehormatan di luar dirinya. Menginap di hotel bertarif kamar Rp. 133 juta per malam, bukan semata-mata  menjadi ukuran kemewahan ketika yang menghendaki adalah seorang raja dengan kekayaan tiada tara.

            Keluarga kerajaan sedang mengapresiasi para anak warisnya yang kini sedang merintis bisnis di berbagai kawasan. Ini pelajaran mahal yang belum tentu kita dapatkan dalam sepuluh tahun ke depan. Sebagaimana ukuran normatif, raja juga manusia. Ia mengalami keuzuran, ditunjukkan dengan mulai sulitnya melakukan perjalanan tanpa alat bantu, melakukan salat hanya dengan berdiri dan duduk, terbatas ketika mengonsumsi makanan, sehingga harus membawa koki kerajaan di setiap perjalanannya.

            Bahasa tubuh Raja Salman sungguh menenteramkan hati. Ia selalu mendengar ucapan lawan bicaranya, menjawab sekadarnya dan tersenyum. Ia memberikan tangan kanannya untuk digandeng oleh  Sang Tuan Rumah, kemudian tangannya melambai ke khalayak sambil tersenyum sebelum pergi.

            Benarkah Raja Salman representasi diri seorang pemimpin kaya-raya di dunia yang diberkahi Tuhan dalam segala hal? Sementara yang kita lihat di sini, orang kaya selalu menyebalkan, menjaga jarak, mendiskriminasikan sikapnya tajam sekali? Jangan-jangan, Raja Salman hanyalah simbolisasi dari kebesaran keillahian, yang tidak mungkin kita temukan di keseharian kita, Indonesia? Kita sedang dipertontonkan sebuah Daulat Raja yang cukup sempurna.

Selamat menikmati Indonesia, Raja yang kami muliakan.

Penulis adalah pengelola Ezzpro Media.

Quotes  

Jangan-jangan, Raja Salman hanyalah simbolisasi dari kebesaran keillahian, yang tidak mungkin kita temukan di keseharian kita, Indonesia?

illustrasi-58cca9cbf67e619f068d370a.jpg
illustrasi-58cca9cbf67e619f068d370a.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun