Kedatangan 1.500 rombongan Kerajaan Arab Saudi di Indonesia, adalah peristiwa kebudayaan. Kita dihibur oleh mentum kemewahan yang singgah selama tiga hari di Jakarta, selebihnya di Pulau Dewata. Secara psikologis, masyarakat Indonesia diperlihatkan ekspresi humanitas Sang Baginda Raja Salman yang murah senyum, ikhlas dan membuka diri terhadap negara yang dikunjunginya.
Dengan menyebut “Indonesia adalah negara kedua saya,” pada balasan suratnya ketika hendak berkunjung ke Indonesia, hal itu menunjukkan betapa seorang raja terkaya dunia, masih memiliki rasa rendah hati terhadap negara yang kini sedang dirundung banyak masalah.
Pelajaran lain yang bisa dipetik, kekayaan dan kemasyuran ternyata dihentikan oleh batas. Yakni batas kemuliaan orang lain dan kehormatan di luar dirinya. Menginap di hotel bertarif kamar Rp. 133 juta per malam, bukan semata-mata menjadi ukuran kemewahan ketika yang menghendaki adalah seorang raja dengan kekayaan tiada tara.
Keluarga kerajaan sedang mengapresiasi para anak warisnya yang kini sedang merintis bisnis di berbagai kawasan. Ini pelajaran mahal yang belum tentu kita dapatkan dalam sepuluh tahun ke depan. Sebagaimana ukuran normatif, raja juga manusia. Ia mengalami keuzuran, ditunjukkan dengan mulai sulitnya melakukan perjalanan tanpa alat bantu, melakukan salat hanya dengan berdiri dan duduk, terbatas ketika mengonsumsi makanan, sehingga harus membawa koki kerajaan di setiap perjalanannya.
Bahasa tubuh Raja Salman sungguh menenteramkan hati. Ia selalu mendengar ucapan lawan bicaranya, menjawab sekadarnya dan tersenyum. Ia memberikan tangan kanannya untuk digandeng oleh Sang Tuan Rumah, kemudian tangannya melambai ke khalayak sambil tersenyum sebelum pergi.
Benarkah Raja Salman representasi diri seorang pemimpin kaya-raya di dunia yang diberkahi Tuhan dalam segala hal? Sementara yang kita lihat di sini, orang kaya selalu menyebalkan, menjaga jarak, mendiskriminasikan sikapnya tajam sekali? Jangan-jangan, Raja Salman hanyalah simbolisasi dari kebesaran keillahian, yang tidak mungkin kita temukan di keseharian kita, Indonesia? Kita sedang dipertontonkan sebuah Daulat Raja yang cukup sempurna.
Selamat menikmati Indonesia, Raja yang kami muliakan.
Penulis adalah pengelola Ezzpro Media.
Quotes
Jangan-jangan, Raja Salman hanyalah simbolisasi dari kebesaran keillahian, yang tidak mungkin kita temukan di keseharian kita, Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H