Wanita yang melahirkan, merawat dan menjaga saya pun akhirnya membiarkan saya melakukan rutinitas tersebut di sela-sela tangisnya bertanya, “Di.. yang kamu baca itu apa?” tanya beliau. “Yasin.. Mi..” jawab saya singkat meski dalam lubuk hati saya berkata.. Maaf Mi.. setahu dian, salah satu kemanfaatan Yasin adalah mempermudah keluarnya ruh pada saat kita mengalami sakaratul maut. Sakitnya luar biasa dahsyat ketika ruh akan diambil dari raga.. setidaknya itulah ilmu yang saya dapatkan dari sejumlah buku-buku yang saya baca.
Hari Rabu.. 4 November.. adalah hari yang terus membekas dalam ingatan saya. Bukan hanya karena pada hari itu orang yang begitu baik dan penuh kasih sayang membesarkan, merawat dan menjaga saya meninggal dunia.. melainkan pada hari itu beliau untuk pertama kalinya dalam hidup melaksanakan kewajiban untuk sholat. Sholat subuh adalah sholat pertama dan terakhir beliau. Senyuman beliau terlihat jelas saat kain kafan telah membungkusnya.
Wajahnya terlihat begitu teduh. Jika ada titik air mata yang hendak menitik.. semua karena rasa syukur tiada terhingga karena Allah menghadirkan sosok beliau sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi saya. Tiada pernah sedikit pun beliau menghardik apalagi memukul saya meski beliau menghabiskan sebagian waktunya di Akademi Militer Magelang. Betapa dengan ringan dan tawanya yang khas beliau mengendong tubuh saya yang mulai memanjang dan berat saat saya sudah duduk di bangku SMA. Saat saya sakit diare, beliau tanpa merasa letih meski baru pulang dari bertugas langsung mengendong saya meski saya masih kuat untuk berjalan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Saat saya mengalami kecelakaan dan kaki patah, wajah pucat pias cemas beliau pun cukup menguatkan saya untuk memasang wajah tiada merasakan kesakitan sama sekali. Tapi ternyata semua kebaikan beliau tidak cukup untuk menghadapi sakaratul maut.
"Tidak! Apabila nyawa telah sampai ke kerongkongan, dikatakan (kepadanya), "Siapa yang dapat menyembuhkan?" Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut beti (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur'an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan shalat, tetapi dia justru mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran), kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong."
(Qs al-Qiyamah: 26-33)
Kisah lain..saat saya melahirkan putri ke-3 saya.. Dokter kandungan sejak dari usia kandungan baru memasuki bulan pertama sudah meminta agar digugurkan karena jaraknya terlalu dekat dengan kelahiran putri ke-2 saya yang harus dilakukan dengan operasi sesar. Pendarahan hebat paska operasi itulah yang saya alami. Seperti tiada mampu menahan kantuk saya terlelap. Hanya itulah yang saya rasakan meski sebelum opersi saya sempat mengirim ke seluruh kontak saya termasuk si mbak yang menjaga putri saya dan semua orang yang saya kenal sebab saya menyadari proses melahirkan kali ini benar-benar mempertaruhkan nyawa, setidaknya itulah pandangan dari segi kedokteran.
Tiba-tiba seperti terbangun dari tidur saya melihat awan begitu indah berada di sekeliling saya.. Rasanya damai sekali. Saya memang sangat menyukai awan dan gambaran berada di sebuah tempat yang begitu damai di kelilingi awan yang lembut benar-benar membuat saya merasa tentram. Lalu saya melihat dua orang yang saya cintai berjalan mendekati saya. Kedua pria yang sudah meninggal dunia tersebut mengenakan pakaian ihram. Masih jelas dalam ingatan.. kedua sosok pria yang sudah meninggal itu begitu berharap agar saya berjalan ke arah mereka dan mengikuti mereka.. "Bukankah kau mencintai kami? Bukankah kau merindukan kami? Bukankah kau begitu berharap bisa bersama kami lagi?" seolah berulang kali mereka membujuk..
Saya sadar.. Ya Allah.. benarkah ini sudah waktuku? Bagaimana dengan ketiga putriku? Bagaimana dengan bayi mungil yang baru aku lahirkan ya Allah?
Tiba-tiba tersentak.. terbangun.. spontan dan reflek saya mengangkat HP saya yang bergetar. "Rin.. ada apa dengan kamu?? Mengapa kamu kirim SMS semacam itu?? Jawab Rin.." suara cemas itu memberondong saya. "Tidak ada apa-apa Pak.. saya baik-baik saja.. saya hanya ingin minta maaf saja sebab kerap saya terlalu keras kepada Bapak.." jawab saya sederhana. "Kamu itu.. selalu bikin orang jantungan. Ya sudah.. saya lagi rapat dengan mentan nih. Tapi kenapa suara kamu tidak seperti biasanya?" tanya beliau. "Mungkin karena Bapak telponnya ditengah keramaian.." jawab saya. Kemudian terdengar suara lembut Dokter Adi Sukrisno.. "Alhamdulillah.. Ya Allah.. ibu benar-benar membuat saya ketakutan.. inilah yang saya khawatirkan.. makanya saya nekat memberikan pil pengugur kandungan ke ibu.." Samar saya melihat ada 3 sosok pria yang saya kenal.. satu sosok sempat diperkenalkan sebagai dokter anastesi sebelum operasi sesar.. dua lainnya saya tidak mengenalnya.
Saya tersenyum.. "Saya sudah berjanji pada dokter bukan? Jangan khawatir Dok.. saya akan penuhi janji saya dan saya yakin Allah akan membantu.. saya tidak akan menjadi pasien pertama yang dokter tangani yang meninggal.. Oya Dok, kapan dokter syuting lagi?" Dokter berperawakan munggil berkacamata itu tertawa. "Ibu itu.. kondisi kritis begini ibu sempat-sempatnya bercanda.." Saya memang suka meledek dokter yang pernah saya lihat di satu sinetron dengan artis Inneke Koesherawati ini.
Lalu HP saya bergetar lagi.. sebuah SMS masuk.. "Hanya Kepada Allah kita berserahdiri dan memohon" begitu bunyi SMS yang masuk. Saya tersenyum. Rupanya si Bapak tidak mempercayai begitu saja penjelasan bahawa "saya baik-baik saja".