Makan siang dapat membawa bekal karena di museum ini hanya sedikit penjual makanan seperti tahu gejrot yang per-prosi Rp.8000,- Untuk penjual Ice Cream keliling mematok harga lumayan tinggi Rp.17.000 untuk magnum. Ada juga mie ayam, gorengan, pecel dan pop mie. Ada juga taman air mancur yang cukup melegakan mata.
Sayangnya berbeda dengan museum perperangan di Australian War Memorial - yang menjual berbagai cenderamata di ruangan khusus, di museum ini penjualan cenderamata kurang menarik minat pembeli. Sekedar perbandingan di Australian War Memorial dijual koleksi pesawat kecil yang digunakan dalam peperangan. Pengelolaan cenderamata museum secara profesional di ruaang tertutup dan nyaman membuat pengunjung mampu "menghabiskan" uang yang mereka bawa.
Kurang terawatnya sejumlah koleksi membuat miris hati. Semoga penganggaran untuk museum dapat lebih ditingkatkan dan mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Rasanya saya pribadi tidak keberatan membayar tiket lebih mahal asal koleksi bersejarah di museum ini lebih terawat.
Untuk pemandu misalnya, akan sangat menarik jika dikelola secara menarik dan tidak terlalu mengurui. Berbagai pelibatan mahasiswa/i bidang sejarah yang diundang sebagai sukarelawan dalam pemandu pengunjung siswa/i rombongan patut dipikirkan guna melakukan transfer sejarah secara lebih mengena kepada generasi muda. Jadi tunggu apalagi? Mari berkunjung ke Museum Satriamandala dan Waspada Purbawisesa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H