Mengelorakan semangat kepahlawanan di Museum Satria Mandala, patut dilakukan memperingati hari Pahlawan 10 November ini. Karena pengelola museum Satriamandala membebaskan bea masuk pada tanggal 10 November dan 5 Oktober. Patut dicatat museum dibuka dari jam 09.00 - 14.30. Hari Senin dan hari besar keagamaan tutup. Selain itu museum Satria Mandala sangat tepat untuk menanamkan semangat kepahlawanan dan cinta tanah air kepada putra puteri kita. Betapa tidak, menelusuri berbagai koleksi di Museum Satria Mandala membuat kita laksana dibawa ke pusaran waktu dimana perjuangan bersenjata dan diplomasi parlemen dilakukan.
Ada dua gedung utama museum di kompleks Satria Mandala dan satunya lagi adalah Museum Waspada Purbawisesa. Satria Mandala berasal dari bahasa Sanksekerta yang berarti lingkungan keramat para satria. Banyak koleksi menarik yang ada di kedua museum ini yang mampu mengelorakan kembali semangat kepahlawanan generasi muda yang mulai memudar. Tak hanya berbagai koleksi pesawat, kapal, tank, melainkan juga beragam aneka persenjataan yang cukup menarik untuk diolah dan disajikan dalam cerita bertutur yang mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk melanjutkan semangat perjuangan para pahlawan kita.
Begitu masuk ke museum yang dibangun di atas bekas rumah kediaman Dewi Soekarno pada 15 November 1971 ini di sebelah kiri kita akan melihat panji-panji atau lambang empat angkatan dan Kepolisian Republik Indonesia.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Tepat di depan kita ada naskah proklamasi besar yang dapat dijadikan spot untuk berforo meski sayangnya pencahayaannya sedikit membuat kita agak sulit dalam memfoto karena memantul.
Â
Masuk ke lorong sebelah kiri (hanya ada satu lorong masuk) kita dapat langsung menyimak penjelasan lintasan sejarah dan perjuangan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari masa revolusi, masa parlementer hingga saat ini.
Â
Koleksi persenjataan juga merupakan koleksi yang menarik untuk ditelusuri dan cukup cantik dijadikan spot untuk berfoto.
Kisah tentang Cureng dapat kita ceritakan panjang lebar dalam konteks perjuangan sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ketika Jepang menyerah kepada sekutu, di lapangan terbang Meguwo, Yogyakarta terdapat 50 pesawat Cureng yang direbut oleh para pejuang kita. Test flight pesawat Cureng sendiri dilakukan tanggal 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit oleh Agustinus Adisucipto yang didampingi oleh Rudjito.
Makan siang dapat membawa bekal karena di museum ini hanya sedikit penjual makanan seperti tahu gejrot yang per-prosi Rp.8000,- Untuk penjual Ice Cream keliling mematok harga lumayan tinggi Rp.17.000 untuk magnum. Ada juga mie ayam, gorengan, pecel dan pop mie. Ada juga taman air mancur yang cukup melegakan mata.
Sayangnya berbeda dengan museum perperangan di Australian War Memorial - yang menjual berbagai cenderamata di ruangan khusus, di museum ini penjualan cenderamata kurang menarik minat pembeli. Sekedar perbandingan di Australian War Memorial dijual koleksi pesawat kecil yang digunakan dalam peperangan. Pengelolaan cenderamata museum secara profesional di ruaang tertutup dan nyaman membuat pengunjung mampu "menghabiskan" uang yang mereka bawa.
Kurang terawatnya sejumlah koleksi membuat miris hati. Semoga penganggaran untuk museum dapat lebih ditingkatkan dan mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Rasanya saya pribadi tidak keberatan membayar tiket lebih mahal asal koleksi bersejarah di museum ini lebih terawat.
Untuk pemandu misalnya, akan sangat menarik jika dikelola secara menarik dan tidak terlalu mengurui. Berbagai pelibatan mahasiswa/i bidang sejarah yang diundang sebagai sukarelawan dalam pemandu pengunjung siswa/i rombongan patut dipikirkan guna melakukan transfer sejarah secara lebih mengena kepada generasi muda. Jadi tunggu apalagi? Mari berkunjung ke Museum Satriamandala dan Waspada Purbawisesa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H