Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengelorakan Semangat Kepahlawanan di Museum Satria Mandala

10 November 2015   08:21 Diperbarui: 10 November 2015   08:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengelorakan semangat kepahlawanan di Museum Satria Mandala, patut dilakukan memperingati hari Pahlawan 10 November ini. Karena pengelola museum Satriamandala membebaskan bea masuk pada tanggal 10 November dan 5 Oktober. Patut dicatat museum dibuka dari jam 09.00 - 14.30. Hari Senin dan hari besar keagamaan tutup. Selain itu museum Satria Mandala sangat tepat untuk menanamkan semangat kepahlawanan dan cinta tanah air kepada putra puteri kita. Betapa tidak, menelusuri berbagai koleksi di Museum Satria Mandala membuat kita laksana dibawa ke pusaran waktu dimana perjuangan bersenjata dan diplomasi parlemen dilakukan.

Ada dua gedung utama museum di kompleks Satria Mandala dan satunya lagi adalah Museum Waspada Purbawisesa. Satria Mandala berasal dari bahasa Sanksekerta yang berarti lingkungan keramat para satria. Banyak koleksi menarik yang ada di kedua museum ini yang mampu mengelorakan kembali semangat kepahlawanan generasi muda yang mulai memudar. Tak hanya berbagai koleksi pesawat, kapal, tank, melainkan juga beragam aneka persenjataan yang cukup menarik untuk diolah dan disajikan dalam cerita bertutur yang mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk melanjutkan semangat perjuangan para pahlawan kita.

Begitu masuk ke museum yang dibangun di atas bekas rumah kediaman Dewi Soekarno pada 15 November 1971 ini di sebelah kiri kita akan melihat panji-panji atau lambang empat angkatan dan Kepolisian Republik Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

Tepat di depan kita ada naskah proklamasi besar yang dapat dijadikan spot untuk berforo meski sayangnya pencahayaannya sedikit membuat kita agak sulit dalam memfoto karena memantul.

Nah yang menarik, akhirnya saya menemukan sudut "Indonesia" juga di museum ini, setelah mengunjungi banyak museum di Indonesia. Sayang posisi bendera waktu ditemukan terlipat ga beraturan dan terselip memelas. Letaknya pun benar-benar di sudut sebelum lorong masuk di sebelah kiri naskah proklamasi. Semoga pengelola museum2 perjuangan lain perhatikan arti penting kobarkan semangat kebangsaan dalam bentuk pengabungan Garuda Pancasila yang dipasangkan dengan bendera merah putih sebagai spot untuk berfoto.

 

Masuk ke lorong sebelah kiri (hanya ada satu lorong masuk) kita dapat langsung menyimak penjelasan lintasan sejarah dan perjuangan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari masa revolusi, masa parlementer hingga saat ini.

Penjelasan dan koleksi di museum Satria Mandala ini sangat lengkap hingga membutuhkan waktu seharian untuk menjelajahnya. Yang menarik adalah spot-spot yang bisa dimanfaatkan untuk berfoto terlebih jika kita memiliki anggota keluarga dari TNI. Beberapa pensiunan yang mengunjungi museum ini tampak bernostalgia. Bagi kami orang tua, kesempatan untuk menghadirkan alternatif cita-cita selain cita-cita "konvensional" lainnya bagi anak perempuan yaitu menjadi TNI.

Setelah ruang pamer koleksi benda-benda dari Jenderal Oerip Soemohardjo, lokasi yang mampu membidik batin adalah ruang pamer koleksi benda Panglima Besar Jenderal Soedirman. Putri-putri kami sangat antusias ketika mengetahui Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam kondisi sakit tetap memimpin perang gerilya. Ada satu pertanyaan dan protes dari putri kami yang duduk di bangku Sekolah Dasar," Pangsar itu apa sih Ma?" tanyanya. "Panglima Besar.." jawab saya. "Oh..kenapa harus disingkat? kan lebih berasa disebut Panglima Besar," protes bocah. "Di militer biasa mengunakan singkatan sayang seperti Brigadir Jenderal menjadi Brigjend misalnya," jawab saya. Akhirnya si bocah pun berfoto di depan tandu Jenderal Soedirman yang dimodifikasi dari kursi goyang.

 

Dalam koleksi diorama pun sangat lengkap mengambarkan sejarah perjuangan TNI dalam mempertahankan kemerdekaan. Mulai dari Pertempuran Lima Hari di Semarang, Bandung Lautan Api, Perebutan Pangkalan Udara Bugis Malang, Pertempuran Bogor, Long March Siliwangi, Penumpasan Apra di Jawa barat, Penumpasan Pemberontakan KNIL-KL di Ujung Pandang dan yang lainnya.

Koleksi persenjataan juga merupakan koleksi yang menarik untuk ditelusuri dan cukup cantik dijadikan spot untuk berfoto.

Di luar gedung museum, taman Dirgantara menjadi objek menarik untuk mengenalkan perjuangan para penerbang kita di medan pertempuran. Seperti melalui medium pesawat Cureng yang dikemudikan Suharmoko Harbani yang berhasil mengebom markas Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa pada tanggal 29 Juli 1947.

Kisah tentang Cureng dapat kita ceritakan panjang lebar dalam konteks perjuangan sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ketika Jepang menyerah kepada sekutu, di lapangan terbang Meguwo, Yogyakarta terdapat 50 pesawat Cureng yang direbut oleh para pejuang kita. Test flight pesawat Cureng sendiri dilakukan tanggal 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit oleh Agustinus Adisucipto yang didampingi oleh Rudjito.

Menariknya, koleksi tank, panser di museum ini diijinkan untuk dinaiki. Semula kami sempat ragu-ragu dan berusaha mencari larangan untuk menaiki koleksi. Namun tidak ada. Kami juga melihat pengunjung ramai-ramai menaiki. Sebelum berkunjung kami sudah mencari informasi dan salah satu yang mengundang minat kami adalah diperbolehkannya menaiki tank-tank tersebut.

Ada begitu banyak koleksi yang dapat kita ceritakan kepada para putera puteri kita saat berkunjung ke Museum Satriamandala. Sayang, beberapa koleksi terlihat kurang terawat dan peletakan tempat sampahnya membuat miris karena tepat di dekat koleksi. 

Untuk fasilitas lain seperti toilet, mushola bahkan masjid tersedia di kompleks museum ini. Untuk museum Waspada Purbawisesa terdapat berbagai macam koleksi yang berkisah tentang berbagai peristiwa yang menyangkut penumpasan pemberontakan DI/TII. Sayang meski kami sudah pagi-pagi berkunjung ternyata tidak cukup waktu untuk menelusuri museum Waspada Purbawisesa karena museum tutup 14.30 WIB.

Makan siang dapat membawa bekal karena di museum ini hanya sedikit penjual makanan seperti tahu gejrot yang per-prosi Rp.8000,- Untuk penjual Ice Cream keliling mematok harga lumayan tinggi Rp.17.000 untuk magnum. Ada juga mie ayam, gorengan, pecel dan pop mie. Ada juga taman air mancur yang cukup melegakan mata.

Sayangnya berbeda dengan museum perperangan di Australian War Memorial - yang menjual berbagai cenderamata di ruangan khusus, di museum ini penjualan cenderamata kurang menarik minat pembeli. Sekedar perbandingan di Australian War Memorial dijual koleksi pesawat kecil yang digunakan dalam peperangan. Pengelolaan cenderamata museum secara profesional di ruaang tertutup dan nyaman membuat pengunjung mampu "menghabiskan" uang yang mereka bawa.

Kurang terawatnya sejumlah koleksi membuat miris hati. Semoga penganggaran untuk museum dapat lebih ditingkatkan dan mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Rasanya saya pribadi tidak keberatan membayar tiket lebih mahal asal koleksi bersejarah di museum ini lebih terawat.

Untuk pemandu misalnya, akan sangat menarik jika dikelola secara menarik dan tidak terlalu mengurui. Berbagai pelibatan mahasiswa/i bidang sejarah yang diundang sebagai sukarelawan dalam pemandu pengunjung siswa/i rombongan patut dipikirkan guna melakukan transfer sejarah secara lebih mengena kepada generasi muda. Jadi tunggu apalagi? Mari berkunjung ke Museum Satriamandala dan Waspada Purbawisesa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun