Apa arti dan makna pemberitaan harian Kompas di atas?
Hal pertama yang dapat dimaknai dari pemberitaan di atas bahwa untuk nyaleg dibutuhkan dana besar.
Caleg dengan dana terbatas atau tidak ada sama sekali alias tongpes (kantong kempes)Â tidak selayaknya maju untuk menjadi caleg.
Tipe caleg yang tidak mempunyai uang sangat beresiko untuk maju, karena akan membabi buta pinjam sana sini dengan konsekwensi salah satunya seperti cerita di atas tertipu.
Artinya caleg dengan dana terbatas, jangankan memperjuangkan aspirasi rakyat untuk memperjuangkan dirinya sendiri tidak pernah mampu.
Dalam skenario kedua seandainya pinjaman yang ditawarkan kepada caleg yang tidak punya dana, memang benar adanya. Sebagaimana kita ketahui setiap pinjaman selalu mempertimbangkan kelayakan akan pengembaliannya (return).
Peminjam atau kreditur bukanlah sinterklas yang membagi-bagikan uang gratis. Setiap pinjaman yang dikucurkan, apalagi tanpa jaminan, tentunya dengan pertimbangan kelayakan yang serius.
Kemungkinan kelayakan yang serius dari pinjaman bagi caleg adalah apabila terpilih menjadi wakil rakyat. Artinya pertimbangan utama kreditur dalam memberikan pinjaman kepada caleg semata-mata berdasarkan keyakinan bahwa debitur (peminjam) akan terpilih nantinya. Karena dengan terpilihnya peminjam, dari sanalah sumber pembayaran dari pinjaman (return).
Dari pengakuan jujur Ahmad Lukman Jupiter anggota DPR DKI dari Fraksi Nasional Demokrat (Nasdem) penghasilan yang diterimanya sebulan sebesar Rp 83 juta.Â
Dari jumlah tersebut setelah dikurangi dengan Dana Partai, kegiatan sosial dan menggaji 5 orang staf mempunyai sisa sejumlah Rp 23 juta untuk pribadinya (Kompas, Rabu 15 November 2022).
Artinya dari pengakuan anggota DPR tersebut, hanya uang Rp 23 juta yang bisa digunakan untuk cicilan pelunasan hutang, dengan catatan bahwa uang tersebut pun harus dikeluarkan untuk biaya hidup sehari-hari.