PIK2, Pulau Reklamasi Yang Kontroversial.
Bagi penduduk sekitar Jakarta (Jabodetabek-Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi) tentunya PIK2 (Pantai Indah Kapuk 2) bukanlah suatu nama yang asing.
Pada waktu kontestasi pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 PIK2 yang merupakan pulau reklamasi merupakan topik bahan kampanye yang sexy.
Bahkan sampai sekarang di media sosial masih banyak memperbicangkan PIK2 dengan tendesius rasial. Beberapa narasi dan video hoaks beredar bahwa PIK2 dibuat khusus dan ekslusif untuk suku tertentu (seperti negara dalam negara). Penulis setelah mengunjungi secara langsung melihat dapat menilai bahwa dalam kenyataannya tidak-lah demikian. Perbedaan yang terasa sangat mencolok ketika berada di lokasi PIK2 adalah, jalannya yang lebar mulus, tidak macet, bersih teratur serta bebas dari pedagang kaki lima, sehingga seperti tidak sedang berada di wilayah Indonesia rasanya.
Pada waktu kampanye pemilihan Gubernur ada kontestan yang mengkritik pembangunan pulau reklamasi dengan alasan merusak lingkungan hidup seperti perubahan ekosistim yang merugikan flora dan fauna dan membuat perekomian nelayan menjadi menurun.
Sebaliknya yang mendukung punya argumentasi bahwa DKI Jakarta butuh Pulau Reklamasi  sebagai upaya mengatasi keterbatasan lahan Jakarta untuk menampung jumlah penduduk yang terus bertambah.
Ada juga yang menyatakan tujuan reklamasi sebagai upaya untuk mengantisipasi banjir Jakarta.
Kemudian kontestasi pemilihan Gubernur tahun 2017 dimenangkan oleh Anies Baswedan.
Gubernur Anies Baswedan membuat putusan dan kebijakan tentang pulau reklamasi. Semula ada 17 pulau yang sudah mendapatkan izin untuk dilakukan reklamasi.