Budaya Masyarakat Membakar Sampah Di Perkotaan.
Sebagaimana kita ketahui masyarakat perkotaan Indonesia yang berada di Jakarta dan sekitarnya seperti Bekasi mayoritas imigran dari desa awalnya.
Kebiasaan dan budaya membakar sampah yang dilakukan didesa asal terbawa-bawa otomatis ketika sudah bermigrasi ke kota seperti Jakarta, Bekasi dan sekitarnya.
Kalau di desa membakar sampah, mungkin masih bisa kita terima karena kurangnya akses ke fasilitas pengolahan sampah yang memadai dan jarak antar rumah yang relatif jauh (tidak padat).
Beberapa daerah terpencil atau kawasan pedesaan mungkin tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mengelola sampah secara efektif. Akibatnya, orang-orang di wilayah-wilayah tersebut mungkin merasa bahwa membakar sampah adalah satu-satunya cara yang mereka miliki untuk menghilangkan limbah mereka.
Efek negatif membakar sampah didesa tentunya tidak seganas kalau kita membakar sampah di perumahan kota yang padat penduduk.
Selain itu, kurangnya kesadaran akan dampak negatif dari pembakaran sampah juga menjadi faktor penting yang membuat perilaku membakar sampah di kota terjadi.
Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa membakar sampah dapat menghasilkan polusi udara yang merugikan kesehatan manusia dan merusak lingkungan.
Padahal di perkotaan sudah diatur sedemikian rupa dimana Pemerintah kota telah menyediakan mekanisme pengelolaan sampah dengan menerjunkan secara berkala petugas berikut truk-truk sampah mengumpulkan dan memungut sampah warga di daerah perumahan yang sudah tertata.
Sehingga dibutuhkan edukasi masyarakat tentang dampak negatif dari pembakaran sampah dan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk mengubah perilaku dan budaya meminimalkan penggunaan metode pembakaran sampah yang berbahaya.
Budaya Masyarakat Jepang Dalam Mengelola Sampah.
Penulis tidak tahu persis apakah di Jepang ada Undang-Undang yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah.