Baru-baru ini platform digital tik tok memviralkan video seorang ibu memamerkan plat nomor mobil dinas Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ibu tersebut dengan bangga menyampaikan bahwa betapa hebatnya suaminya karena mobil Toyota Camry hitamnya mempunyai nomor plat mobil dinas TNI 3423-00.
Kemudian Pusat Penerangan TNI membantah dan menegaskan bahwa plat nomor TNI mobil ibu tersebut palsu alias bodong karena tidak terdaftar di Markas Besar TNI.
Akhirnya sang Ibu mengakui bahwa nomor plat mobil tersebut palsu dan dibuat di suatu tempat di Bandung. Selanjutnya dia menyampaikan permintaan maaf atas perbuatannya yang memalsukan plat nomor TNI dan berbangga-bangga dengannya.
Ada suatu kebanggaan pada masyarakat di Indonesia yang mempersonifikasikan diri kepada suatu kekuasaan, seperti apa yang telah dilakukan oleh ibu yang videonya viral di tik tok.
Tujuan ibu tersebut memamerkan plat nomor mobil TNI untuk memperlihatkan kekuasaan dan kebal terhadap hukum. TNI diartikan sebagai lembaga yang punya kekuasaan untuk memprovokasi dan sekaligus bisa menakut2i siapa saja, termasuk petugas polisi lalu lintas.
Ibu tersebut telah melihat dalam kenyataan sehari2 bahwa kendaraan dinas TNI bisa melenggang melanggar hukum di jalanan tanpa ditegur oleh petugas polisi.
Petugas polisi di lapangan takut melakukan penegakan hukum terhadap kendaraan yang berplat nomor polisi TNI apabila kendaraan tersebut melakukan pelanggaran hukum di jalanan. Pengalaman jalanannya telah mengajarkan kepada ibu tersebut bahwa ternyata kekuasaan bisa mengatasi dan berada di atas hukum. Oleh karena itu di video tik tok bukannya memamerkan mobilnya yang tegolong mewah (Toyota Camry), malah memamerkan plat nomor TNI nya.
Praktek yang sama juga kita jumpai dari mobil2 tertentu yang memasang striker di kaca mobilnya dengan mengatakan bahwa pemilik kendaraannya milik keluarga TNI, Polri, Jaksa dll.
Bahkan kalau kita amati ada beberapa kendaraan yang di dashboard-nya terpajang lambang atau tanda simbol2 institusi yang punya kekuasaan resmi seperti TNI, Polisi, Jaksa dll, biasanya berupa topi. Ada juga yang menyampirkan baju dinas dari institusi tertentu yang mempunyai kekuasaan di sandaran kursi mobil.
Tujuan dari semua perbuatan2 tersebut untuk memperlihatkan bahwa yang punya mobil punya kekuasaan sehingga aparat polisi di lapangan menjadi keder untuk melakukan penegakan hukum (menilang) apabila mereka melanggar peraturan lalu lintas.