Bayangkan saja ada berapa banyak penghematan energi yang bisa dilakukan, jika semua jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah, cukup dilakukan dari rumah tanpa harus pergi ke kantor.
Ada penghematan energi untuk transportasi pulang-pergi dari rumah ke kantor. Kantor sendiri juga menghemat biaya listrik, air dan perawatan gedung. Sementara karyawan yang bersangkutan, bisa memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga. Meskipun misalnya selama jam kantor dia harus siap dihubungi kapan saja, dsb; minimal tidak ada waktu yang terbuang hanya untuk bermacet-macetan dalam perjalanan ke kantor, atau pulang ke rumah.
Jalanan jadi berkurang kepadatannya sehingga kemacetan bisa dikurangi, atau bahkan hilang. Artinya tidak ada itu, buang-buang energi sia-sia karena mobil yang terus menyala padahal tidak bisa bergerak ke mana-mana.
Sebuah perubahan yang sudah terbukti bisa dilakukan, karena ada cukup banyak karyawan dan perusahaan yang terpaksa menerapkan WFH saat pandemi sedang genting-gentingnya itu. Hasilnya pun terlihat nyata berhasil mengurangi polusi dan kemacetan di jalan secara signifikan.
Demikian pula rapat-rapat penting dilakukan secara online. Mereka yang biasanya seminggu sekali, atau terkadang lebih, berpergian dengan pesawat terbang untuk bertemu muka dan melakukan rapat penting, pada saat PSBB, mau tidak mau, harus melakukannya secara online.
Sekali lagi bayangkan berapa banyak penghematan yang terjadi di sana.
Lalu mengapa selewat pandemi, para pemilik perusahaan, seakan-akan berlomba mengembalikan karyawannya pada kebiasaan lama, untuk bekerja di kantor? Mengapa berkeras pada paradigma yang lama, jika kemajuan teknologi sudah menunjang ke arah perubahan yang lebih baik?
Sebenarnya bukan hanya wfh saja. Ada juga percepatan penggunaan kemajuan teknologi informasi di berbagai macam kegiatan, sebagai akibat dari adanya Pandemi Covid, misalnya pelayanan dokter online. Dengan pelayanan dokter online, seseorang yang membutuhkan nasehat medis, cukup melakukannya dari rumah.
Lagi-lagi ada efek penghematan energi dan mengurangi kepadatan jalan raya.
Lebih jauh lagi, meski mungkin masih menjadi bahan perdebatan, adalah kelas online. Memang saat ini kelas online dalam kenyataannya masih sering membebani orang tua, terutama bagi siswa yang masih muda.
Akan tetapi seharusnya, untuk mereka yang sudah lebih dewasa, misalnya para mahasiswa, tidak ada yang salah dengan pengajaran dengan bentuk online, karena memang di jenjang itu, mereka dituntut lebih aktif dan mandiri dalam proses belajar-mengajar, sebagai salah satu bentuk persiapan untuk terjun di dunia kerja.