Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diet Minggu Kedua, Ketika Diet Tak Berjalan Sesuai Rencana

4 Oktober 2021   11:10 Diperbarui: 4 Oktober 2021   11:13 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr diambil dr https://unsplash.com/

Program diet 120 hari, baru berjalan dua minggu, masalah sudah mulai muncul. Setelah satu minggu pertama berdisiplin diet 1500 kalori, di minggu kedua diet 1500 kalori itu ditambah dengan rutinitas jalan pagi setidaknya 1,5 Km. 

Tidak ada masalah dengan jalan pagi, dua anabul kesayangan juga menyambut gembira kebiasaan yang baru ini.

Kalau dulu jadwal jalan pagi mereka, acak dan kadang sering terlewatkan, seminggu kemarin setiap hari mereka saya ajak jalan keliling perumahan. Baru beberapa hari saja, mereka sudah hafal dengan jadwal yang baru. 

Alhasil tiap jam 4 pagi, kalau saya belum keluar kamar untuk bersiap, suara gonggongan anabul yang tertua sudah sayup-sayup terdengar dari dalam kamar.

Begitu saya keluar, dua ekor anabul sudah berbaris rapi di depan pintu, menunggu saya memakaikan tali penuntun.

Program yang awalnya hanya berjalan pagi 1,5 Km, di akhir minggu sudah bertambah jadi lebih dari 2 Km.

Yang jadi masalah justru diet 1500 kalori yang sukses di minggu sebelumnya, sekarang jadi kedodoran. Terutama ketika berada di rumah dan akses ke jajanan itu begitu gampangnya, tinggal comot dari atas meja makan. Ketika tidak ada tuntutan pekerjaan, sehingga banyak waktu luang dan pikiran otomatis lari ke cemilan.

Kebetulan minggu kemarin ini juga baru ada acara pindahan rumah, sehingga saya ambil cuti 2 hari, di luar weekend. Alhasil 4 hari saya di rumah itu, jatah konsumsi 1500 kalori/hari selalu kebobolan.

Kalau sudah begitu bagaimana dengan program dietnya?

Dari pengalaman hidup selama ini, maka satu hal yang saya lakukan ketika rencana saya mengalami kemunduran atau kegagalan, baik karena kesalahan saya sendiri, atau karena faktor di luar diri saya.

Akui dan perbaiki.

Itu saja.

Ambil tanggung jawab atas kesalahan yang terjadi, analisa, cari solusinya dan upayakan perbaikan.

Menghabiskan waktu untuk menyesali kekacauan yang terjadi sedikit saja berguna. Penyesalan bisa membawa perbaikan, tapi melulu hanya menyesali, biasanya justru berefek sebaliknya. Kita jadi macet, berhenti di satu periode tertentu dalam hidup kita, periode kegagalan.

Menyalahkan orang lain, menyalahkan situasi, dan faktor-faktor lain di luar diri kita, itu lebih buruk lagi. Hanya menghasilkan kemarahan, tapi tidak ada solusi, karena ketika kita melepaskan tanggung jawab atas situasi yang buruk itu pada sesuatu yang ada di luar diri kita, pada saat itu kita juga secara tidak langsung mengatakan bahwa kita tidak punya kontrol atas apa yang terjadi. Kita melulu menjadi korban keadaan, dst. 

Victim mentality semacam ini, menurut saya adalah salah satu bentuk paling merusak dari mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat.

Lalu apa yang saya lakukan dari kegagalan menjaga diet di minggu kedua itu?

Pertama-tama yang saya lakukan adalah mengambil tanggung jawab atas kegagalan yang terjadi, mengakui kelemahan diri sendiri, dan ditutup dengan memaafkan diri sendiri, show must go on.

Kedua, berusaha mengembalikan disiplin yang sudah berhasil dicapai di minggu pertama, lebih ajeg merencanakan apa yang akan dimakan dan lebih menahan diri ketika jatah 1500 kalori itu memang sudah lewat.

Ketiga, membayar hutang kelebihan konsumsi kalori dengan berjalan pagi lebih jauh, dari target awal yang hanya 1,5 Km itu jadi hampir 2,5 Km.

Lalu bagaimana dengan program menurunkan berat badan dalam 120 hari?  Ya pasti harus jalan teruuus ...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun