Akui dan perbaiki.
Itu saja.
Ambil tanggung jawab atas kesalahan yang terjadi, analisa, cari solusinya dan upayakan perbaikan.
Menghabiskan waktu untuk menyesali kekacauan yang terjadi sedikit saja berguna. Penyesalan bisa membawa perbaikan, tapi melulu hanya menyesali, biasanya justru berefek sebaliknya. Kita jadi macet, berhenti di satu periode tertentu dalam hidup kita, periode kegagalan.
Menyalahkan orang lain, menyalahkan situasi, dan faktor-faktor lain di luar diri kita, itu lebih buruk lagi. Hanya menghasilkan kemarahan, tapi tidak ada solusi, karena ketika kita melepaskan tanggung jawab atas situasi yang buruk itu pada sesuatu yang ada di luar diri kita, pada saat itu kita juga secara tidak langsung mengatakan bahwa kita tidak punya kontrol atas apa yang terjadi. Kita melulu menjadi korban keadaan, dst.Â
Victim mentality semacam ini, menurut saya adalah salah satu bentuk paling merusak dari mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat.
Lalu apa yang saya lakukan dari kegagalan menjaga diet di minggu kedua itu?
Pertama-tama yang saya lakukan adalah mengambil tanggung jawab atas kegagalan yang terjadi, mengakui kelemahan diri sendiri, dan ditutup dengan memaafkan diri sendiri, show must go on.
Kedua, berusaha mengembalikan disiplin yang sudah berhasil dicapai di minggu pertama, lebih ajeg merencanakan apa yang akan dimakan dan lebih menahan diri ketika jatah 1500 kalori itu memang sudah lewat.
Ketiga, membayar hutang kelebihan konsumsi kalori dengan berjalan pagi lebih jauh, dari target awal yang hanya 1,5 Km itu jadi hampir 2,5 Km.
Lalu bagaimana dengan program menurunkan berat badan dalam 120 hari? Â Ya pasti harus jalan teruuus ...!