Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sekareplah, Terserah Apa Maumu

12 September 2021   20:34 Diperbarui: 12 September 2021   20:47 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari kompas.com

Entah bagaimana dengan teman-teman sekalian. Saya pribadi rasa-rasanya sudah kehabisan stamina dalam berharap pada roda politik dan pemerintahan.

Sekilas saja, kembali ke masa-masa awal era reformasi.

Saat itu saya masih duduk di bangku kuliah. Mahasiswa baru yang sebenarnya tak seberapa mengerti tentang politik dan pemerintahan.

Saya ingat waktu itu, berita-berita sempat diisi dengan pengadilan atas Budiman Sudjatmiko, Sri Bintang Pamungkas dan beberapa tokoh lain yang berakhir dengan hukuman penjara untuk mereka.

Ada juga berita tentang penyerangan kantor PDI-P. Hilangnya beberapa tokoh oposisi yang katanya diculik oleh tentara.

Bagaimana tepatnya itu semua terjadi, sudah sama kaburnya seperti melihat keluar dari jendela yang kacanya baru disiram air sabun.

Namun euforia yang kami rasakan masih saya ingat betul. Mulai sekedar ikut berdemo di jalan raya, disambut bapak-bapak dan ibu-ibu yang ikut memberikan semangat dan sesekali segelas aqua, dari pinggir jalan.

Lalu disusul saat pemilu pertama di era reformasi, ikut-ikutan jadi tim pengawas pemilu yang dibentuk kampus.

Lagi-lagi euforia yang sama saya l hat di hampir setiap orang yang kami temui.

Ada ibu-ibu setengah baya yang memberi semangat, "Awasi mas! Jangan sampai dimanipulasi!"

Kemudian perlahan euforia itu pun mereda, seiring dengan drama politik yang terjadi di Jakarta. Tokoh-tokohnya adalah mereka yang kami percaya untuk mewakili suara kami. Tokoh-tokohnya adalah mereka yang ikut maju ke depan saat mahasiswa berdemo di jalan-jalan.

Rasanya tak perlu lagi disebut nama-nama mereka. Yang satu generasi dengan saya sudah pasti tahu.

Saling sikut dan saling gunting dalam lipatan, mereka yang tadinya berteriak lantang, "Demi rakyat!"

Sekarang sibuk bermain di gelanggang politik demi Partai dan kekuasaan 

Lelah, kira-kira itu yang saya rasakan.

Presiden berganti presiden, tak pernah ada yang berhasil menjalaninya tanpa tersandung isu.

Perubahan sistem yang secara sistem semakin lama semakin demokratis. Namun seiring dengan semakin sistemnya demokratis, semakin keras gesekan yang terjadi di bawah, karena semakin gencar persaingan politik untuk memperebutkan suara rakyat.

Segala cara dipakai, tak peduli lagi bagaimana efeknya terhadap persatuan dan kesatuan bangsa ini.

Setiap pemain punya agenda dan saya ragu berapa orang yang agendanya adalah benar-benar untuk bangsa dan negara ini, bukan sekedar untuk pribadi atau golongan.

Tadinya saya pikir, puncak kelelahan saya adalah pada dua pilpres terakhir.

Setengah bercanda, pada pilpres 2019 yang lalu, saya selalu katakan pada teman-teman saya, "Pilih Pak Jokowi, kasih beliau kesempatan kedua.

Supaya nanti 2024, jangan pilpresnya P. Jokowi vs P. Prabowo lagi."

Sedemikian lelahnya saya dengan situasi politik di negara ini. Sehingga ketika ada isu tentang rencana untuk mengundurkan pemilu 2024, bahkan rencana amandemen UUD 1945 agar presiden bisa menjabat 3 periode.

Maka tanggapan saya adalah, "Wis sekarepmu! Sak karep-karepmu ae! 

Terserah sudah, kalian mau apa saja!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun