Kemudian perlahan euforia itu pun mereda, seiring dengan drama politik yang terjadi di Jakarta. Tokoh-tokohnya adalah mereka yang kami percaya untuk mewakili suara kami. Tokoh-tokohnya adalah mereka yang ikut maju ke depan saat mahasiswa berdemo di jalan-jalan.
Rasanya tak perlu lagi disebut nama-nama mereka. Yang satu generasi dengan saya sudah pasti tahu.
Saling sikut dan saling gunting dalam lipatan, mereka yang tadinya berteriak lantang, "Demi rakyat!"
Sekarang sibuk bermain di gelanggang politik demi Partai dan kekuasaan
Lelah, kira-kira itu yang saya rasakan.
Presiden berganti presiden, tak pernah ada yang berhasil menjalaninya tanpa tersandung isu.
Perubahan sistem yang secara sistem semakin lama semakin demokratis. Namun seiring dengan semakin sistemnya demokratis, semakin keras gesekan yang terjadi di bawah, karena semakin gencar persaingan politik untuk memperebutkan suara rakyat.
Segala cara dipakai, tak peduli lagi bagaimana efeknya terhadap persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Setiap pemain punya agenda dan saya ragu berapa orang yang agendanya adalah benar-benar untuk bangsa dan negara ini, bukan sekedar untuk pribadi atau golongan.
Tadinya saya pikir, puncak kelelahan saya adalah pada dua pilpres terakhir.
Setengah bercanda, pada pilpres 2019 yang lalu, saya selalu katakan pada teman-teman saya, "Pilih Pak Jokowi, kasih beliau kesempatan kedua.