5. Latar: Kerajaan dan Taman kerajaan.
6. Alur: Alur maju
7. Sudut pandang: Orang ketiga serba tahu.
8. Gaya bahasa: menggunakan bahasa melayu yang terkadang sulit dipahami.
“Hanya si bungsulah, yaitu Puteri Kuning yang berhasil didik dengan baik hingga menjadi anak yang selalu riang, ramah pada setiap orang dan memiliki budi pekerti baik.”
9. Amanat : Jangan lah memiliki sifat iri hati dan dengki apalagi dengan saudara kandung sendiri, segala sesuatu telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari kedua unsur intrinsik pada cerpen dengan hikayat terdapat perbedaan mencolok pada tema, tokoh, latar, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. Pada cerpen tema yang diangkat adalah berdasarkan kehidupan sehari-hari manusia, sedangkan hikayat menceritakan tentang kehidupan sehari-hari di kerajaan. Kemudian pada tokoh utama dalam hikayat merupakan sosok protagonis sedangkan dalam cerpen terkadang tokoh utama bersifat antagonis.
Kemudian perbedaan lain adalah pada latar berlangsungnya cerita, pada cerpen tempat berlangsungnya cerita biasanya berada di tempat biasa seperti perkampungan dan rumah, namun apabila di dalam hikayat latarnya terdapat dalam kerajaan atau lingkungan kerajaan. Selain itu, sudut pandang antara keduanya juga berbeda, di dalam cerpen sudut pandang bisa saja orang pertama ataupun orang ketiga, sedangkan di hikayat sudut pandang penulis selalu orang ketiga.
Terakhir adalah gaya bahasa, gaya bahasa pada cerpen dominan menggunakan gaya bahasa sehari-hari. Sedangkan, pada hikayat menggunakan bahasa melayu yang biasanya aneh dan sulit dipahami karena mengandung istilah-istilah baru bahasa Melayu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H