Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Perbedaan Unsur Intrinsik pada Hikayat dan Cerpen

15 Februari 2016   23:10 Diperbarui: 15 Februari 2016   23:15 24746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hai pelayan! Kami masih melihat banyak kotoran di sini!” ujar salah seorang kakaknya sambil melemparkan sampah ke arah taman. Sejurus kemudian, mereka pun langsung menyerbu dan mengacak-acak taman. Dan, setelah puas mengacak-acak taman lalu pergi begitu saja menuju danau untuk bermain sambil berenang. Begitu kelakuan kakak-kakak Puteri Kuning setiap harinya hingga ayah mereka pulang.

Ketika Sang Raja pulang, ia hanya mendapati Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana, sementara kesembilan kakaknya sedang asyik bermain di danau. Ia agak kecewa karena telah bersusah payah membawakan buah tangan tetapi tidak disambut dengan hangat oleh anak-anaknya. Hanya Puteri Kuninglah yang berlari sendirian untuk menyambutnya dengan rasa suka cita.

Sambil berjalan menuju teras, Sang Raja berkata, “Anakku yang rajin dan baik budi. Ayah hanya dapat memberimu sebuah kalung batu hijau. Ayahanda telah mencari di seluruh pelosok kerajaan seberang tetapi tidak menemukan kalung batu kuning seperti warna kesayanganmu”.

“Sudah tidak mengapa, Ayahanda. Kalung batu hijau juga akan serasi dengan warna bajuku,” kata Puteri Kuning lemah lembut.

Keesokan harinya, walau seluruhnya telah diberi cinderamata, tetapi masih saja ada yang iri. Salah satunya Puteri Hijau yang melihat Puteri Kuning memakai kalung batu hijau segera menghampiri. “Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku karena berwarna hijau. Kenapa sampai ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri.

“Ayah memberikannya padaku,” sahut Puteri Kuning singkat dan jelas.

Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-saudarinya yang lain. “Kalung hijau yang dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia mengambilnya dari saku ayah!” katanya menghasut ke delapan saudarinya.

Mendengar hasutan Puteri Hijau saudari-saudarinya menjadi panas hati. Mereka kemudian bersepakat untuk merampas kalung itu dari tangan Puteri Kuning. Kesembilan adik-beradik tersebut lalu bersama-sama menemui puteri hijau. Setelah bertemu, mereka langsung memaksa Puteri Hijau untuk menyerahkan kalungnya. Tentu saja ia menolak dan akhirnya terjadilah perkelahian sengit hingga kepalanya terkena pukulan dan meninggal saat itu juga.

“Dia meninggal!” seru Puteri Jingga panik.

“Kita harus menutupi kejadian ini,” kata Puteri Merah Merona.

“Kalau begitu kita harus cepat menguburkannya agar Ayahanda dan seisi istana tidak mengetahui kejadian ini!” kata Puteri Jambon kepada saudari-saudarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun