Chapter IV
Leave It
Herman dan Amanda menyesal telah mengabaikan nasihat Ben Nassor untuk segera pulang, akibatnya mereka terjebak dalam konflik bersenjata yang bukan peperangan mereka.
Penyesalan mereka bertambah besar ketika salah satu robot telah berdiri di samping wahana yang telah mereka tinggalkan.
Sejenak kepala robot mengarah ke bawah seolah-olah mengamati jalan yang dipijaknya.
Uap-uap hidrolis yang keluar dari setiap bagian sendi tubuhnya ibarat dengus nafas hewan buas yang akan melahap mangsanya.
Salah satu satu kaki besi terangkat tinggi sampai keluar dari air. Air-air yang terbawa, jatuh kembali mengguyur wahana di bawahnya, lalu turun kembali mengguyur wahana.
BRAKK!! Hancurlah wahana time machine sampai berkeping-keping diinjak kaki robot raksasa tanpa ampun.
Kaki besi berbobot berat sanggup menghancurkan wahana sekali hancur hanya dalam satu injakan.
Hancur pula harapan Herman dan Amanda bisa pulang.
Herman sesaat melihat Ben Nassor lewat jalan merunduk diantara puing-puing, lalu ia panggil, "Nassor, kami di sini!"
Sungguh terkejut luar biasa Ben Nassor melihat Herman dan Amanda muncul dari tempat persembunyian di belakangnya.
Tampak pertanyaan besar tergambar di wajah Ben Nassor.
Tapi sayang tidak ada waktu untuk mencela. Tembakan-tembakan cahaya panas dari robot-robot harus mereka hindari. Suara mesin dari robot-robot sangat berisik sehingga bicara harus keras dan sambil member isyarat agar dimengerti orang lain.
"Ikut aku!" perintah Ben Nassor. "Berbahaya di sini terus."
Herman dan Amanda bergerak menyusul Ben Nassor sambil tetap merunduk. Ben Nassor berlari naik meniti anak tangga ke lantai atas puing-puing gedung. Herman dan Amanda mengekor Ben Nassor.
Tiba di tempat yang dirasa cukup tinggi mereka disambut kelompok lain yang sudah menanti. Beberapa orang memperhatikan pergerakan robot-robot lewat jendela.
Ben Nassor menemui mereka dan berbicara untuk mengatur siasat.
Lalu Ben Nassor mengganti senjati api otomatis yang dibawanya dengan sebuah bazooka yang ia terima dari orang lain.
Seseorang berbicara dengan Ben Nassor sambil menunjuk Herman dan Amanda. Lalu Ben Nassor kembali menemui mereka.
"Kalian beruntung berada di dekat kami, sehingga anti sensor robot itu melindungi kalian dari sensor pelacak pada robot-robot itu sehingga tidak bisa melacak keberadaan kita." Kata Ben Nassor sambil menunjuk sebuah alat sebesar papan catur.
Ben Nassor sibuk memasang mortir pada bazooka untuk persiapan melancarkan serangan. Beberapa temannya melakukan hal yang sama.
"Temanku bilang, sebelumnya indentitas kalian telah dikenali oleh orang yang mengontrol robot-robot itu sehingga wahana Time machine dihancurkan oleh mereka dan sekarang selain aku, kalian menjadi target buruan mereka!"
"Kenapa?" tanya Herman.
"Walaupun di zaman Osiris aku tinggal bertahun-tahun, tetapi aku kembali ke duniaku pada waktu
yang sama ketika aku berangkat." Ben Nassor menjelaskan.
"Pihak musuh mengetahui aku lenyap bersama wahana time machine dan telah kembali bersama kalian."
"Merekapunsudahtahutentangkaliandan
menginginkan pengetahuan bangsa Osiris."
BarulahHermandanAmandamengertiduduk
perkaranya.
"Mereka itu siapa dan kenapa memusuhi kalian?" tanya Amanda.
"Di zaman kalian sains belum tahu bahwa akibat kedatangan komet pada zaman Osiris itu, mengakibatkan matahari berpindah posisi. Akibatnya Bumi dan planet-planet ikut terdorong ke utara dan ke selatan garis ekliptik dalam soltisnya ibarat pendulum, mengakibatkan bumi mengalami zaman Es."
"Efek pendulum setiap abad semakin berkurang dan cuaca kembali bertambah panas karena kutub utara dan selatan mendapatkan curahan sinar matahari merata kembali seperti semula lalu melehkan es-es di kutub utara dan kutub selatan."
"Negara-negara kepulauan telah banyak yang lenyap ditenggelamkan oleh air yang berasal dari Es di kutub utara dan selatan yang mencair dan kalian sebut Global warming.
Para penduduk yang survive dari Negara Negara yang lenyap, termasuk Indonesia, berimigrasi ke daratan yang lebih tinggi. Akibat imigrasi massal, negara-negara tujuan bersatu dan membentuk Tirani supaya para imigran tidak bisa memasuki wilayah mereka yang membawa krisis pangan dan sumber daya yang timbul akibat migrasi ini."
Sejenak Ben Nassor mengalihkan perhatian dan menengok sedikit melalui jendela, lalu kembali melanjutkan bicaranya.
"Aku adalah adalah salah satu pemimpin pemberontak-pemberontak yang bergerak sparatis menentang diskriminasi ini."
Tiba-tiba salah seorang teman Ben Nassor memberi isyarat ada sebuah robot yang datang mendekat. Lalu Ben Nassor bergerak hati-hati mendekati mereka di belakang jendela.
Lewat jendela yang kehilangan daun pintunya tampak kepala robot raksasa di bawah kaki mereka. Pada waktu yang tepat Ben Nassor dan dua orang temannya meluncurkan mortir-mortir ke arah kepala robot.
Siiiiing, siiiing, mortar-mortir dilepas dan meluncur tepat ke arah sasaran.
DUAR! Mortar-mortir mengenai sasaran dan terdengar beberapa kali ledakan yang menghancurkan kepala robot raksasa.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, segera robot yang telah hancur kepalanya bergerak limbung, lalu tumbang menimpa air dengan suara keras.
GJUBAARR!! Air laut tersibak keras menimbulkan ombak yang menerjang ke segala arah.
Kejadian ini tidak membuat mereka lengah walaupun tampak kegembiraan di raut wajah mereka yang telah menghancurkan salah satu musuhnya.
Namun keberhasilan tidak bisa mereka rasakan berlama-lama ketika atap ruangan mendadak ambrol dan pecahannya menimpa mereka.
Amanda menjerit memperingatkan mereka, tetapi terlambat! beberapa orang jatuh terluka ditimpa reruntuhan.
Namun belum sempat kawannya memberikan pertolongan, sebuah kaki robot telah muncul dari atap yang sudah bolong, langsung menginjak beberapa orang tanpa ampun sampai lumat lalu mati seketika.
Â
Amanda membuang muka ke dada Herman karena tidak mampu melihat pemandangan mengerikan terjadi di depan matanya. Padahal Herman sendiri sama ngeri seperti Amanda buru-buru menyembunyikan wajahnya pula.
Belum selesai kengerian terjadi, tiba-tiba menjulur sebuah belalai logam dan jari- jemarinya langsung mencengkram tubuh Ben Nassor.
Ben Nassor direnggut begitu saja oleh belalai robot.
Herman mengejar dan mencari tahu, Ben Nassor di bawa kemana? Ternyata belalai itu salah satu tangan dari robot yang semula dilihat hanya menjuntai saja dari kepala robot. Sekarang belalai itu telah memasukan tubuh Ben Nassor ke dalam badan raksasalogam itu lalu membawanya pergi.
Di luar tampak beberapa robot telah menjadi bangkai dan tergeletak sebagian badannya muncul di atas permukaan laut dengan tubuh terbelah oleh serangan mortir.
Kepala robot-robot yang hancur menimbulkan api yang membakar sehingga mengeluarkan asap hitam yang membumbung tinggi naik ke angkasa.
Robot-robot tersisa bergerak mundur menjauhi pertempuran.
"Ada apa?" Tanya Herman.
"Mereka mengubah rencana," kata salah seorang teman Ben Nassor. "Tadinya rencana mereka melakukan pemusnahan terhadap kami. Tetapi mengubah rencana karena tahu Ben Nassor baru kembali dari zaman Osiris."
"Aku harus menolong Ben Nassor!" tekad Herman. Mereka semua menguatirkan keselamatan Ben Nassor. Bisa saja setelah berhasil mengorek keterangannya mereka akan membunuhnya.
Tampak sikap pesimis dari mereka. "Tidak semudah itu anak muda! Masuk menyusup mudah kita lakukan. Tetapi setelah di dalam ceritanya menjadi lain."
***
Herman dan Amanda yang dibantu teman-teman Ben Nassor mengatur siasat agar bisa membebaskan Ben Nassor dengan cara masuk ke jantung musuh langsung.
Herman dan Amanda bertekad membebaskan Ben Nassor sebagai balas budi dan hanya dengan bantuan Ben Nassor pula mereka punya cara lain untuk kembali pulang ke masanya.
"Apa yang bisa kita lakukan agar berhasil masuk ke dalam benteng?" Tanya Herman.
"Kita bisa menyuap para penjaga perbatasan dengan sesuatu yang mereka butuhkan." Kata Joe Han yang sekarang telah Herman kenali pula.
Teman sejati Ben Nassor ini bertekad pula membebaskan Ben Nassor yang mereka teladani.
"Apa itu?" Tanya Herman. "Sudahlah," jawab Joe
Han, itu urusan kami. Ayo siap-siap berangkat."
Lalu  diam-diam  mereka  berdiri  dan  berpamitan
kepada yang lain.
***
Herman bersama Amanda mengikuti Joe Han naik sebuah sampan yang didayung oleh seorang teman yang lain.
Mereka semua menutupi baju masing-masing dengan mantel panjang yang kumal layaknya nelayan-nelayan di daerah itu.
Hari menjelang pagi ketika mereka telah berhasil mencapai pantai di ujung teluk yang biasa menjadi tempat nelayan pulang setelah semalam pergi melaut.
"Kalau kita mengambil jalan lain, para penjaga akan curiga kita adalah pelintas batas," bisik Joe Han yang turut mendayung berdua dengan "si Nelayan".
"Kalau nelayan biasa menjual hasil tangkapan mereka ke pasar yang letaknya di samping pos penjaga. Orang-orang di dalam benteng akanÂ
membeli ikan- ikan kita. Lalu selain dikonsumsi sendiri, mereka ada dijual lagi di dalam benteng."
Mereka telah sampai di pantai tujuan lalu turun dari perahu dan mengangkut barang bawaan ke darat.
Di darat sudah menanti orang dari kelompok mereka yang menunggu di atas sebuah pedati yang ditarik oleh seekor kerbau.
Setelah ikan-ikan dipindahkan semua ke atas gerobak, mereka bertiga pergi meninggalkan si nelayan yang pergi ke arah lain.
Mereka bergegas berangkat bersama pedati-pedati lain menuju pasar.
Hari sudah terang dan nampak jelas pemandangan memilukan yang mereka lalui sepanjang jalan.
Walaupun gerobak sangat bau anyir, Herman dan Amanda terpaksa ikut dan tidak banyak bicara duduk di belakang pedati menghadap arah sebaliknya, sementara Joe Han duduk di samping kusir.
Gerobak-gerobak yang mereka buat diambil dari material bekas mobil, pesawat terbang, bahkan tank-tank. Material rongkos ini banyak terdapat di mana-mana
Beberapa kontainer berkarat dijadikan rumah. Tetapi gubuk-gubuk kumuh yang dibangun dari material rongsok juga banyak terdapat sepanjang jalan yang dilalui.
Orang-orang mulai bangun dan melakukan kegiatan di pagi buta. Pakaian mereka compang camping dan dipenuhi tambalan. Wajah-wajah mereka tampak kusut.
Sepatu butut yang mereka pakai banyak yang telah bolong sehingga terlihat jari kakinya.
Para wanita tidak kalah buruk penampilannya membantu suami. Anak-anak belum banyak yang bangun. Kalau pun ada hanya beberapa anak yang masih termangu duduk di samping gubuknya.
Pada masa ini bahan bakar berasal dari fosil sudah habis oleh sebab itu Herman dan Amanda melihat para pendatang berjalan kaki atau hanya menggunakan hewan beban untuk menarik barang-barang yang mereka bawa.
Dari obrolan bersama Joe Han kemarin, di masa depan ini Herman dan Amanda melihat pula dampak ketika seluruh es di kutub utara dan selatan meleleh. Permukaan laut semakin tinggi, banyak daratan hilang, akhirnya pegunungan menjadi pulau.
Internet di sini aksesnya terbatas. Tetapi Mereka masih bisa mencari tahu demografi dunia masa ini.
Yang membuat mereka sedih, melelehnya es kutub pada Indonesia telah membuat daratan Indonesia berkurang secara signifikan dan berubah menjadi lautan. Banyak pulau-pulau di Indonesia yang hilang tenggelam.
Delta Sungai Mekong wilayah China, India, dan Banglades tergenang banjir.
Di wilayah Eropa, London hanya menjadi kenangan. Begitu juga dengan Venesia, Belanda, dan Denmark. Di Amerika Utara, wilayah San Francisco telah menjadi kluster pulau.
Selain akibat efek pendulum bumi semakin berkurang, es-es yang mencair juga terus menerus terjadi akibat penggunaan bahan bakar fosil memberikan kontribusi terbesar pada pencemaran triliunan ton karbon ke atmosfer Bumi.
Mereka berjanji apabila bisa pulang kembali, akan aktif berkampanye menganjurkan berhenti menggunaan bahan bakar fosil, sehingga mengurangi pemakaian emisi karbon agar dampak yang mereka lihat ini bisa banyak berkurang bagi umat manusia di masa depan.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di pasar. Apa yang mereka sebut pasar benar-benar ramai oleh para pedagang dan pembeli berbagai orang yang datang dari mana-mana.
Para pedagang menggelar jualan di samping pintu benteng yang terbuat dari besi.
Daun pintu sama tinggi dengan benteng yang mencapai 10 meter. Di samping pintu gerbang ada jalan masuk ukuran normal berupa pos jaga.
Benteng yang tinggi dan kokoh ini dibangun sepanjang garis pantai melindugi teritori Negara-negara di bawah kekuasaan pemegang wilayah yang bertindak tirani.
Kalau di zaman dulu tembok besar cina sangat fenomenal, maka di masa ini benteng-benteng serupa dibangun untuk melindungi diri mereka dari penyakit yang dibawa para imigran.
Herman dan Amanda turun dari pedati dan disuruh menyembunyikan wajah mereka dengan kerudung mantel oleh Joe Han yang berbuat sama.
Lalu mereka membantu menurunkan ikan-ikan di keranjang dari gerobak.
Baru saja beberapa keranjang diturunkan, datang beberapa orang penjaga menghampiri si kusir.
"Hei!" bentak penjaga dengan kasar. "Ikan dari mana yang kalian bawa?"
"Jangan kuatir," kata si kusir. "Ini kubeli langsung dari nelayan yang baru kembali dari laut, bukan dijaring dari pantai!"
"Jangan menipu kami!" tuding si penjaga. "Kemarin yang kalian jual, ikan-ikannya terpapar limbah karena bukan dari laut. Coba kulihat!"
Beberapa orang penjaga mengorek-orek ikan-ikan yang dibawa.
Joe Han tampak menunggu momen.
"Ah ini, ternyata banyak ikan ikan pantai, bukan ikan-ikan dari laut dalam!" bentak si penjaga yang kasar.
"Kubeli satu keranjang 2 keping nikel!"
"Wah, tidak bisa! Terlalu murah." Tolak si kusir. "Ini ikan-ikan dari laut bukan dari pantai."
Terjadi keributan yang membuat penjaga lain datang untuk menggertak agar si kusir mau melepas jualannya dengan harga murah.
Rupanya ini yang ditunggu oleh Joe Han. Para penjaga lain memaksa mereka memindahkan ikan-ikan ke dalam pos penjaga.
Lalu bergegas Joe Han, Herman dan Amanda masing-masing memindahkan keranjang ke dalam pos yang ditinggalkan para pejaganya.
Â
Keranjang-keranjang telah semua mereka pindahkan, tetapi si kusir masih berdebat harga dengan kepala pos jaga.
Walaupun diintimidasi oleh pejaga lain, si kusir tidak menyerah.
Joe Han diam-diam mengajak Herman dan Amanda menyelinap masuk ke dalam benteng dan meninggalkan si kusir di luar menghadapi para lintah darat.
Setelah Herman dan Amanda berhasil menyusup masuk, Joe Han kembali ke pedati.
***
Di dalam benteng pemandangan sangat jauh berbeda dengan di luar. Di dalam mereka hidup sejahtera dan modern.
Herman dan Amanda berlari meninggalkan jalan raya untuk menghindari pesawat-pesawat patroli mengenali mereka. Mantel yang mereka pakai sudah sejak tadi dibuang lalu berbaur dengan penduduk di dalam benteng.
Beberapa orang yang bertubuh kecil ada berlalu-lalang bersama orang-orang yang sedang berjalan di trotoar berangkat kerja.
Herman sudah diberitahu bahwa bumi ini beberapa tahun yang lalu telah kedatangan astronot dari venus.
Kedatangan mereka membawa perubahan besar kepada kehidupan manusia di bumi.
Mungkin orang-orang kecil dan pendek itu yang berbicara dengan sesamanya berasal dari venus, pikir Herman.
Selain bicara sesama temannya dengan bahasa yang tidak dimengerti, ciri-ciri mereka mudah dikenali.
Gambaran alien berkulit hijau dan berkepala tidak proporsional dibandingkan tubuhnya telah pupus oleh kehadiran orang-orang venus ini.
Mereka memiliki mata berkelopak seperti manusia bumi bahkan Herman dengar dari Joe Han, mereka mengaku nenek moyangnya berasal dari bumi juga?
Hanya sikap angkuh nampak pada mereka karena kehadiran mereka di bumi telah memberikan sumbangan bagi kemajuan teknologi manusia di bumi mendorong lebih pesat.
Kata Joe Han pula, kedatangan orang-orang dari venus telah membuat perubahan yang besar pada teknologi yang mereka ciptakan, tapi di saat yang sama bumi sedang menghadapi krisis bahan bakar uranium sehingga kebutuhan energy alternatif sangat mendesak.
Herman dan Amanda sudah diberi tahu oleh Joe Han untuk pergi ke pusat karantina di ibukota.
Di pusat karantina di tempatkan tawanan-tawanan dari pihak pemberontak dari luar benteng.
Butuh waktu beberapa hari untuk sampai ke ibukota negeri tembok besar ini. Herman dan Amanda berganti-ganti kereta api komuter untuk mencapainya.
Akhirnya mereka tiba di ibu kota. Dan tidak sulit bagi mereka memasuki gedung pencakar langit yang dijadikan pusat penahanan para pemberontak dan kriminal lain.
***
Pihak musuh ternyata sudah tahu bahwa Ben Nassor baru pulang dari zaman Osiris, sehingga memaksa Ben Nassor agar membuka mulut rahasia-rahasia teknologi dari zaman Osiris.
Di dalam ruangan yang berupa aula, Herman dan Amanda melihat Ben Nassor berdiri di depan beberapa orang yang duduk bersama yang lain.
Herman menduga, enam orang yang duduk di kursi yang terletak pada sebuah podium adalah para pemimpin benteng. Salah satu dari mereka memiliki ciri-ciri orang venus.
Di belakang Ben Nassor berdiri tentara penjaga yang memegang senjata api.
Herman dan Amanda dari balik pintu mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Kami menawarkan kerjasama dengan anda, Ben Nassor," kata salah seorang tetua, mewakili yang lain.
"Kita bisa kembangkan bagaimana konsep Tormato diwujudkan untuk kesejahteraan umat manusia."
Ben Nassor berdiri tanpa tangan atau kaki diikat oleh apapun, jadi ia bisa bergerak leluasa.
"Apakah kesejahteraan yang seperti terjadi di luar benteng yang kalian maksud!?" sindir Ben Nassor.
"Ayolah!" bujuk tetua lain. "Kita tahu, hal ini harus kami lakukan untuk melindungi masyarakat lain dari kekacauan yang ditimbulkan oleh mereka!"
"Oleh sebab itu, Ben Nassor, kalau Tormato bisa kita bangun, toh pada akhirnya tidak perlu keberadaan benteng ini dipertahankan." Kata tetua lain yang sejak tadi menopang dagu dengan punggung tangan.
Tetua bertubuh gemuk dan wajahnya dipenuhi janggut tampak tidak sabaran.
"Energi yang kita dapatkan bisa untuk jadi modal membangun disegala bidang yang akhirnya untuk pemerataan semua manusia yang hidup di bumi ini dan tidak perlu ada pemisahan seperti sekarang dan tidak perlu sesama saudara menjadi saling berperang."
Tampak konsep yang dipaparkan tetua gendut bisa diterima oleh Ben Nassor.
"Nah, semua sekarang berpulang kepadamu," kata tetua utama. "Kami pamit dulu dan silakan anda pikirkan baik-baik. Besok kami harapkan mendapatkan jawaban yang terbaik untuk kita semua."
Para tetua mengundurkan diri berjalan menuju pintu di ujung podium, sementara Ben Nassor berjalan digiring oleh tentara yang menjaganya.
***
Ben Nassor tekejut ketika melihat Herman dan Amanda datang menemui di kamar tahanannya.
"Bagaimana kalian bisa kemari?" Tanya Ben Nassor sambil bangkit dari tempat ia berbaring menyongsong kedua teman setianya.
"Bagi kita yang pernah ke zaman Osiris mudah mengelabui teknologi di masa ini." Kata Herman sedikit pamer ke Ben Nassor memperlihatkan alat yang berfungsi sebagai "Pause" untuk barang-barang elektronik yang dikendalikan dari jarak jauh.
Alat pengendali jarak jauh ini rancangan Herman sendiri yang ia siapkan ketika mengatur siasat keberangkatan.
"Bagaimana pendapatmu mengenai tawaran para tetua?" Tanya Herman.
Ben Nassor maklum bahwa mereka pun sudah tahu soal ini. "Aku tidak percaya kepada mereka!" Kata Ben Nassor tegas. "Mereka para birokrat korup, berbohong dan menipu adalah pekerjaannya!"
"Ayo lekas kita lari!" ajak Amanda mengingatkan tujuan mereka datang menemui Ben Nassor.
Ben Nassor dan Herman bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. "Jalan sini!" tunjuk Ben Nassor.
Mereka berlari sepanjang koridor tanpa kuatir tertangkap kamera karena kamera telah dimanipulasi oleh alat di tangan Herman yang tidak disadari oleh kontrol. Sehingga tidak akan mengira telah terjadi pelarian ini.
Akhirnya mereka tiba di sebuah hanggar. Ben Nassor memilih pesawat yang akan dipakai oleh mereka.
Diam-diam pesawat bergerak meninggalkan landasan yang dikemudikan oleh Ben Nassor. Pesawat yang dikemudikan Ben Nassor adalah pesawat anti gravitasi ciptaan masyarakat di dalam benteng.
Pesawat anti gravitasi bergerak senyap dan dengan kecepatan tinggi diarahkan keluar benteng.
Hari sudah larut malam dan merupakan waktu yang tepat untuk kabur diam-diam.
Sejauh ini pelarian mereka tidak ada yang menyadari sampai suatu ketika pesawat hampir mencapai benteng, tiba-tiba mesin pesawat kehilangan tenaga. Segera Ben Nassor menurunkan ketinggian kalau tidak akan jatuh berkeping-keping.
Rupanya pesawat ini dilengkapi dengan sensor anti maling. Ketika melampui jarak yang diijinkan, mesin pesawat mati sendiri.
Pendaratan pesawat tidak mulus dan jatuh cukup keras menghantam tanah.
Beruntung tidak seorangpun ada yang terluka walaupun jatuh bergulingan di dalam pesawat. Buru-buru mereka bangun dan pergi menuju pintu.
Pintu masih berfungsi baik dan bisa dibuka. Lalu satu persatu mereka keluar dan turun dari pesawat.
"Sebentar lagi, tentara tirani akan mencari kita," kata Ben Nassor sambil mengamati situasi. "Kita lanjutkan pelarian ini dengan cara berpencar saja!"
"Ya, kami akan coba mencari pesawat yang lebih baik agar kita bisa kabur," kata Herman.
Ben Nassor setuju sambil bilang, "Ok, semoga Tuhan bersama kita dan kita bertemu di selatan."
Lalu mereka berpisah dan kabur mencari jalan masing-masing. Sebelum mereka jauh sudah terdengar suara sirine dan nyala lampu-lampu pesawat yang datang mencari mereka.
***
Herman bersama Amanda lari bersembunyi dalam sebuah lorong-lorong gelap di jalanan. Lampu-lampu sorot para pengejar menerangi jalan untuk mencari mereka.
Mereka terpojok dalam sebuah lorong buntu di sudut sebuah bangunan yang gelap.
Tadinya mereka bermaksud balik arah tetapi para pengejar sudah berada di ujung lorong lain sehingga Herman mencari pintu yang bisa dibuka.
Ternyata tidak ada satupun pintu yang tidak digembok rantai berkarat, sehingga usaha mereka sia-sia.
Tiba-tiba Amanda mengacungkan telunjuk ke atas lalu Herman melihat sebuah jendela terbuka. Buru-buru Herman merendahkan badan dan memberi tumpuan untuk kaki Amanda dengan kedua tangan.
Amanda melompat meraih jendela di atas pintu. Akhirnya jendela dapat dicapai lalu mendorong tubuhnya ke atas sehingga bisa masuk lewat jendela.
Giliran Herman yang melompat tanpa kesulitan sedikitpun menyusul Amanda.
Setelah di dalam gedung tua mereka merebahkan badan bersembunyi. Para pengejar sudah tiba tapi tidak mendapatkan buruannya seorangpun.
Seorang pengejar melihat ke atas pintu yang tadi mereka lewati, tetapi tampak jendela tertutup rapat. Akhirnya mereka memutuskan mencari ke tempat lain.
Herman dan Amanda lega para pengejarnya kehilangan jejak. Lalu mereka memutuskan tinggal di sana sampai menjelang pagi agar bisa beristirahat pula karena tidak aman bila keluar malam hari.
Lalu setelah hari mulai terang dan merasa aman mereka bangun untuk melanjutkan mencari jalan pergi ke luar dari gedung.
Sayang sekali usaha pelarian mereka terhambat, padahal sudah cukup jauh, Pikir Herman. Tetapi mereka tidak bisa lagi mengandalkan kendaraan milik pihak musuh karena pasti dipasangi sensor. Lalu mereka berpikir mencari cara lain melanjutkan pelarian.
Ketika mereka sedang mencari sesuatu yang bisa digunakan, barulah sadar bahwa tempat ini dulunya adalah sebuah bengkel sepeda motor.
"Ayo kita cari, barangkali ada sepeda motor yang masih bisa dipakai!" seru Herman setelah melihat barang-barang dan poster-poster di tempat itu bisa dipastikan tadinya tempat ini memang bengkel sepeda motor.
Buru-buru Herman dan Amanda mencari sepeda motor yang masih bisa mereka pakai.
Mereka beruntung! Sebuah sepeda motor trail 350cc ditemukan dalam keadaan masih mulus dan kunci motornya sekalian masih tergantung di lubang kunci. Langsung saja terpal penutup sepeda motor dilucuti oleh Herman.
Syukurlah, kondisi kendaraan roda doa ini bersih. Herman harus hati-hati melucutinya karena terpal itu dipenuhi debu yang tebal.
Meskipun hati diliputi kegembiraan tapi pelan-pelan Herman memutar kunci menyalakan motor.
Keberuntungan terus berpihak kepada mereka.
Lampu indikator menyala dan menunjukkan bensin full tank.
"Coba distater!" pinta Amanda bersorak pelan. Herman menekan tombol stater dan BRUMMM, langsung mesin motor menyala.
Sungguh senang sekali Herman dan Amanda mendengarnya lalu buru-buru dimatikan kuatir ada yang mengetahui kehadiran mereka.
Herman pelan- pelan menuntun sepeda motor mencari pintu ke luar. Tidak lupa Amanda mengambil dua buah helm lalu ikut mendorong.
Akhirnya mereka menemukan jalan keluar.
Lalu setelah mengamati situasi dan merasa aman, Herman naiki motor yang diikuti Amanda duduk dibelakang.
Amanda menyerahkan helm ke tangan Herman, lalu ia pakai helmnya sendiri.
Herman segera memacu sepeda motor ke arah selatan melanjutkan pelarian tadi yang sempat tertunda. Lampu sorot menembus pagi buta dan sejauh ini perjalanan lancar tidak menemui hambatan apapun karena jalanan lenggang.
Hari mulai terang ketika mereka kemudian terdengar suara sirine jauh di belakang.
Mobil-mobil anti gravitasi datang menyusul dari belakang dengan cepat. "Ah, rupanya mereka tidak sedikitpun membiarkan kita lolos!" keluh Herman sambil mnyempatkan menengok ke belakang melihat para pengejarnya.
Amanda semakin erat melingkarkan tangan ke pinggang Herman karena sepeda motor dipacu lebih kencang.
Sepeda motor 350cc bukan tandingan mobil-mobil anti gravitasi yang meluncur dijalanan seperti terbang seekor elang. Segera sebuah mobil menyusul dari samping lalu hendak memepet sepeda motor itu.
Namun Herman gesit menghindari dan malah mampu mendahului mobil yang gagal menghentikan lajunya. Mobil yang lain mencoba pula melakukan hal yang sama, tetapi Herman sudah mengantisipasi lalu membawa sepeda motor ke luar dari jalan raya.
Hari sudah mulai siang dan orang-orang mulai tumpah ruah ke jalan melakukan aktivitas rutin. Tapi kali ini mereka dikejutkan oleh pemandangan yang belum pernah dilihatnya.
Beberapa orang yang naik kendaraan anti gravitasi merasa heran melihat Herman dan Amanda naik sepeda motor beroda yang belum pernah mereka lihat selama ini. Bahkan ada beberapa orang yang
mendadak berhenti di tengah jalan sehingga menghalangi para pengejar.
Akhirnya Herman dan Amanda berhasil meninggalkan para pengejarnya jauh di belakang. Lalu Herman memilih melanjutkan perjalanan secara offroad.
Tetapi kelegaan Herman dan Amanda tidak berlangsung lama.
Kali ini pengejarnya bukan mobil lagi tetapi sekaligus beberapa pesawat dua awak.
Herman tidak menyerah tetap memacu sepeda motor terus ke arah selatan.
Kali ini pengejarnya tidak mau kehilangan buruan mereka dan mencoba melumpuhkan Herman dengan tembakan senjata sinar panas.
Rentetan tembakan memang tidak diarahkan ke tubuh
Herman atau Amanda, tetapi ke tanah dengan harapan
Herman dan Amanda ketakutan dan menyerah.
Walaupun demikian Herman tidak menyerah walaupun terus dihujani oleh berbagai tembakan dari senjata sinar panas yang mampu menghanguskan tanah atau apapun yang terkena paparannya.
Herman punya rencana untuk menghindari pengejarnya, berpacu melalui pepohonan.
 Siasatnya berhasil! Pesawat-pesawat pengejarnya tidak leluasa menembakkan peluru panasnya karena terhalang oleh pepohonan.
Sekalipun dibidik, yang kena ranting ranting pohon yang patah terbakar atau bahkan sekalian pohonnya tumbang terbakar oleh muntahan senjata sinar panas.
Tetapi Herman dan Amanda dibuat terkejut ketika tiba-tiba muncul sebuah pesawat di depan mereka. Pesawat muncul begitu saja sehingga Herman hampir melepaskan pegangan dari stang motor.
Beruntung, Herman seorang crosser sejati sehingga mampu menguasai kembali laju sepeda motor dan melanjutkan pelarian.
Pesawat berhasil mensejajarkan diri dengan laju arah sepeda motor. Tetapi ketakutan Herman dan Amanda berubah menjadi gembira setelah melihat pilot yang duduk dibelakang kemudi yang ternyata adalah Ben Nassor.
Ben Nassor memberi isyarat agar Herman dan Amanda ikut bersamanya. Lalu pesawat yang diawaki Ben Nassor bergerak ke depan mendahului sepeda motor.
Kemudian Pesawat membuka pintu belakangnya sampai menyentuh tanah. Barulah Herman mengerti apa yang diinginkan Ben Nassor.
Segera saja Herman membawa sepeda motornya masuk ke dalam pesawat.
"Harus berepa kali aku mengucapkan terima kasih kepadamu!" seru Herman setelah sampai di dalam. Ben Nassor hanya tersenyum.
Lalu Herman dan Amanda menaruh sepeda motor dan menghampiri Ben Nassor di kabin. Herman menyuruh Amanda duduk di kursi yang masih kosong sebelah Ben Nassor.
Pesawat yang dipakai oleh Ben Nassor lebih canggih dari pesawat para pengejarnya sehingga dengan mudah Ben Nassor meninggalkan mereka jauh dibelakang dan akhirnya tidak mampu melakukan pengejaran karena di luar jangkuan kemampuan pesawat pengerjar.
Setelah melewati benteng di bawah mereka, Ben Nassor menyerahkan kemudi ke Herman.
"Pesawat ini sekarang milikmu!" kata Ben Nassor sambil berdiri meninggalkan kemudi.
"Apa maksudmu?" Tanya Herman.
"Kita sudah merencanakan pelarian ini sampai laut selatan," jawab Ben Nassor.
"Tetapi bukan aku melainkan kalian. Karena duniaku, ya di sini!"
Herman memeluk Ben Nassor sebagai ungkapan terima kasih yang tidak terhingga. Amanda turut berterima kasih sambil mengusap-usap pangkal lengan Ben Nassor.
"Awas, Aku titip," pesan Ben Nassor. "Jangan kemana- mana lagi dan langsung bawa pulang pacarmu yang cantik ini"
Herman mengangguk pasti sambil memeluk bahu Amanda.
Herman duduk menggantikan tempat Ben Nassor yang mengambil sepeda motor untuk bersiap-siap turun.
Herman merendahkan terbang pesawat dan mengurangi kecepatan sehingga Ben Nassor punya waktu tepat membawa sepeda motor ke luar meninggalkan pesawat.
Herman sempat berbelok untuk melambaikan tangan ke arah Ben Nassor yang sudah mendarat.
Akhirnya Herman dan Amanda meninggalkan Ben Nassor di tempat itu dengan balasan lambaian tangan perpisahan selamanya dari sahabat terbaik mereka dari masa yang berbeda.
***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H