Chapter III
Run Through The Light
Dalam keadaan waktu berjalan, Alaksolan sempat bicara kepada Herman dan Amanda. Tetapi Herman dan Amanda lebih tertarik melihat perubahan waktu yang dilalui.
Mereka lihat permukaan bumi semua telah membeku dan seluruhnya telah ditutupi oleh salju tebal.
Dunia yang indah bermandikan cahaya sinar matahari, pepohonan yang senantiasa berbunga sudah tidak ada. Diganti oleh air yang membeku menjadi es tebal dan menutupi apapun.
Hanya puncak Piramida paling besar saja yang masih meyisakan bagian yang tidak tenggelam, sekalipun demikian telah ditutupi oleh salju pula.
Panel penunjuk waktu di depan mata menunjukkan waktu yang sedang mereka lalui. Perlahan-lahan gedung tempat mereka berada runtuh satu persatu dan mereka saling mencari pegangan karena wahana ikut turun, tenggelam ke dasar laut.
Petunjuk waktu berupa cahaya terus berjalan maju. Cuaca masih beku. Tidak ada apa-apa lagi tersisa dari negeri Para Dewa yang tampak, tetapi yang tinggal hanyalah piramida- piramida yang dibuat dari batu dan itupun masih di bawah permukaan air.
Mereka melihat ruangang-ruangan tersisa di bawah piramida-piramida dipenuhi tumbuhan laut dan telah menjadi sarang ikan dan hewan-hewan laut lainya.
Angka menunjukkan 2.500 BC permukaan air laut mulai surut dan cahaya sinar matahari sudah mulai terang menembus dalam ke air.
Di angka 2.000 BC dasar laut sudah menghilang dan telah diganti oleh hamparan pasir yang kering dan terik oleh sinar matahari. Batu-batu besar yang berserakan akibat gempa dan terjangan tsunami dibiarkan di tempat asalnya karena mereka tidak ada yang mampu memindahkannya.
Deburan ombak menghantam tepian Sphinx yang telah menjadi batu karang.
Sekarang mereka tahu, erosi pada sphinx dan piramida-piramida akibat terjangan ombak selama lembah ini menjadi tepi lautan.
Perjalanan ditempuh dengan lambat sehingga setiap detiknya menjadi ujian kesabaran mereka yang gelisah ingin segera sampai.