Permainan dimulai dengan mahasiswa mengacak kartu. Setiap mahasiswa mengambil kartu 3 yang kemudian dilihat 1, hasil dari yang dilihat akan di taruh di kerentanan/ ancaman/ resiko sesuai dengan kartu yang didapat, selanjutnya dengan mengambil 1 kartu dan melihat kartu tersebut dan disesuaikan dengan kerentanan/ancaman/atau resiko. Selanjutnya mahasiswa mengambil 1 kartu dan dibuang. Permainan tersebut dilakukan sampai kartu habis, sehingga nanti akan diperoleh jumlah kartu kerentanan x jumlah kartu ancaman = hasil. Hasil dari perkalian tersebut dibagi dengan jumlah kartu resiko. Dalam hal ini, hasil yang diperoleh merupakan rentang jumlah dari resiko kerentanan dan ancaman yang dihasilkan. Maka dari itu, permainan yang telah dilakukan menunjukkan bahwasanya semakin banyak kerentanan yang ada, maka akan menjadi salah satu ancaman bagi sekolah, begitupun sebaliinya semakin banyak ancaman yang muncul, hingga melebihi kapasitas sekolah, maka resiko hancurnya kebhinekaan di sekolah akan semakin besar. Solusi terbaiknya adalah menghidupkan kembali rasa toleransi di lingkungan sekolah untuk mencegah adanya kerentanan dan meminimalisir ancaman.
Serangkaian kegiatan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) telah menambah rasa cinta, bangga, dan menghargai akan suatu keberagaman yang ada dalam diri sendiri maupun yang ada di lingkungan sekitar. Melalui kegiatan diklat tersebut diharapkan dapat calon guru juga mampu menumbuhkan sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada pada diri peserta didik di masa depan. Apabila toleransi telah menjadi budaya pada lingkungan pendidikan, maka sekolah yang aman, nyaman, dan damai akan terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H