Tajdid yang dilakukkan oleh Muhammad Abduh juga dapat dirasakan oleh segenap Masyarakat Indonesia dengan adanya organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan tahun 18 Dzulhijjah 1330 atau 18 November 1912.[22] Pada tahun 1890 Ahmad Dahlan menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci, pada waktu itu ia bertemu dengan Syaikh Ahmad Khatib. Khatib merupakan seorang guru sekaligus orang yang pertama kali memperkenalkan Tafsir Al-Manar Muhammad Abduh bagi Ahmad Dahlan. Buku ini mulai menarik perhatian Ahmad Dahlan kemudian sedikit demi sedikit ia mulai memahami pemikiran Muhammad Abduh terutama ketika ia melakukan pembaharuan besar-besaran bagi Daulah Mesir. Adanya situasi pokitik belanda yang sangat menyedihkan, kemudian karena kondisi umat islam Indonesia pada waktu itu sangat jauh dari ajaran kitab dan sunnah, Ahmad Dahlan mencoba untuk menerapkan apa yang telah dilakukan oleh Muhammad Abduh umat islam Mesir.Â
Â
      Muhammad Abduh dilahirkan tahun 1849 M atau 1266 dari keluarga yang sederhana. Ia merupakan menyelesaikan hafalan al-'Qur'an pada usia yang terbilang cukup dini. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh syaikh dari al-Azhar, Seperti Jamaluddin al-Afghani yang telah mempengaruhinya dalam bidang pembaharuan. Muhammad Abduh merupakan Mujaddid yang memiliki corak pemikiran yang beragam: modern, filsafat, kebangsaan, politik, sosial kemasyarakatan.
Â
REFERENSI
Â
Abbas, Nurlaelah. vol. 15, no. 1. 2014, "Muhammad Abduh: Konsep Rasionalisme Dalam Islam", Jurnal Dakwah Tabligh.
Â
Anis, Muh. vol. 5, no. 2. 2019, "Muhammadiyah Dalam Penyebaran Islam", Jurnal Intelektual Muslim dan Bimbingan rohani.
Â
Bahri, Syamsul and Oktariadi. vol. 2, no. 2. 2016, "Konsep pembaharuan Dalam Perspektif Pemikiran Muhammad Abduh", Al-Murshalah.