Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memaknai Insiden Ciuman Bibir Ronaldo dan Dybala

20 Januari 2020   13:20 Diperbarui: 21 Januari 2020   18:31 3416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Give Me Sport @ BolaSport.com

Ada kejadian unik sesaat setelah Ronaldo berhasil menyelesaikan umpan tarik dari rekan setimnya, Paulo Dybala. Keduanya saling merangkul, berlari berdampingan. 

Lalu saat keduanya hendak melakukan selebrasi bersama, tanpa sengaja, keduanya menolehkan kepala ke arah satu sama lain. Dan di situlah kemudian terjadi... Unch! Keduanya berciuman.

Iya, benar. Ciuman. Namun bukan ciuman seperti pada umumnya. Hanya senggolan bibir ketemu bibir, hidung beradu hidung. Dan ini murni ketidak-sengajaan. Bukan settingan sebagaimana Pak Wiranto pernah menjadi kernet bus beberapa tahun silam. 

Namun berita ini sangat ramai dibicarakan di linimasa. Tidak hanya oleh para kaum Hawa. Kaum Adam yang "ke- Hawa-Hawaan" pun ikut histeris. Saya salah satunya.

Baik Ronaldo maupun Dybala, saat ini keduanya memang tengah dalam puncak permainan. Ronaldo bahkan tercatat telah mencetak 11 gol dari 7 partai terakhirnya bersama Juve, secara berturut-turut. 

Golnya ke gawang Parma semalam, merupakan golnya yang ke-15 musim ini di Serie A. Sangat keren untuk ukuran om-om umur 34 tahunan.

Memang, semenjak berganti gaya rambut menjadi ala-ala "Babang Tamvan", Ronaldo berhasil menjelma menjadi sosok striker yang jauh lebih tajam. Tendangannya jauh lebih berbahaya, sundulannya pun tak kalah mematikan.

Andai saja Ronaldo bisa sedikit memperbaiki kemampuan tendangan bebasnya, barangkali namanya-lah yang memuncaki daftar pencetak gol terbanyak di Serie A saat ini.

Belakangan ini memang kemampuan tendangan bebas Ronaldo tengah menjadi sorotan. Jangankan menemui sasaran, bisa melewati pagar betis saja, sudah sangat syukur. Kadang, meski sudah melewati pun, arahnya justru bukan ke gawang. Melainkan ke ISS, Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Saat tengah menghadapi tendangan bebas lagi nantinya, Ronaldo agaknya perlu diingatkan, bahwa ia sedang berada di sebuah kompetisi. Bukan sedang syuting "Goyang Shopee".

Kembali ke soal "ciuman yang tak disengaja" antara Ronaldo & Dybala. Jika kita mencermati bahasa tubuh keduanya, kita tentu bisa menyimpulkan, bahwa hubungan sepasang juru gedor tim berjuluk Si Nyonya Tua ini sedang "Uwu-Uwunya". Baik Ronaldo maupun Dybala, sudah mulai saling memahami pergerakan masing-masing.

Dybala mulai tahu ke mana Ronaldo hendak bergerak, sementara Ronaldo, sudah mulai paham bagaimana caranya mengirim "kode-kodean" yang hanya bisa dimengerti oleh Dybala. 

Saat keduanya sudah bisa saling memahami satu sama lain seperti tadi malam, rasa-rasanya gol dan kemenangan, cuma menjadi urusan waktu.

Namun yang menarik dari itu semua, bukanlah soal bagaimana keduanya bisa saling melengkapi. Melainkan justru saat keduanya tak dimainkan bersamaan. Baik Ronaldo maupun Dybala, tetap bisa bermain sama baiknya, meski tidak berpasangan.

Ronaldo tahu bagaimana caranya bekerja sama kepada yang bukan Dybala. Sementara itu, Dybala pun tahu, bagaimana seharusnya ia bekerja tanpa Ronaldo. 

Keduanya memang bisa saling mengisi, melengkapi. Namun bukan berarti membuat keduanya saling merasa ketergantungan. Tidak sama sekali. Keduanya bisa saling tergantikan.

Ronaldo tetap bisa produktif meski tanpa Dybala, Dybala pun bisa tetap cemerlang, meski tak berada di sisi Ronaldo. Keduanya tetap bisa menjadi hebat, meski tak disandingkan bersama-sama. 

Sesuatu yang tentu jauh berbeda dan tak dimiliki pada diri Lukaku dan Lautaro di Inter Milan, atau bahkan Suso dan Zlatan Ibrahimovic di AC Milan.

Kita belum mendengar Lukaku bisa tampil maksimal, jika di sisinya tak diisi oleh Lautaro Martinez. Kita belum melihat Suso, Piatek, atau siapapun di Milan, jika Zlatan Ibrahimovic tidak bermain. 

Namun di Juve, tak masalah siapapun yang main. Tak jadi soal siapapun yang disandingkan. Semua bisa tampil sama baiknya.

Begitulah seharusnya, seorang pemain profesional memaknai perannya sendiri. Mengandalkan dirinya sendiri, sebaik mungkin. Tak bergantung pada orang lain untuk meraih keberhasilan.

Begitulah seharusnya kita, memaknai insiden-insiden kebetulan dan ketidak-sengajaan yang pernah terjadi di kehidupan kita. Semisal pada saat pertama kali kita tak sengaja dipertemukan dengan orang yang kita kasihi dulu. Tak sengaja membuka hati, tak sengaja jatuh cinta.

Atau pada harapan-harapan kita yang kebetulan sama dengannya. Pada janji-janji yang kebetulan sama-sama kita sepakati dan kita iyakan. 

Namun mesti sama-sama terhenti dan kita relakan, sebab barangkali Tuhan ingin melihat kita perjuangkannya sendiri-sendiri. Bukan bersama-sama dengan ia, seseorang yang pada setiap doa, namanya selalu kita sisipkan.

Sebab, sebagaimana "ciuman tak disengaja" antara Ronaldo & Dybala semalam. Kita pun cukup memaknai ketidak-sengajaan di hidup kita ini, dengan tersenyum, mensyukuri saja apa yang kita miliki saat ini. 

Kemudian berdiri, memperjuangkan kembali, apa-apa yang pantas untuk kita perjuangkan, sendiri-sendiri. Tak lagi bergantung pada ia, orang lain, atau siapapun itu.

Tidakkah seharusnya begitu? Wahai kamu, perempuan yang pernah tak sengaja kukecup dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun