Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memaknai Insiden Ciuman Bibir Ronaldo dan Dybala

20 Januari 2020   13:20 Diperbarui: 21 Januari 2020   18:31 3416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Give Me Sport @ BolaSport.com

Dybala mulai tahu ke mana Ronaldo hendak bergerak, sementara Ronaldo, sudah mulai paham bagaimana caranya mengirim "kode-kodean" yang hanya bisa dimengerti oleh Dybala. 

Saat keduanya sudah bisa saling memahami satu sama lain seperti tadi malam, rasa-rasanya gol dan kemenangan, cuma menjadi urusan waktu.

Namun yang menarik dari itu semua, bukanlah soal bagaimana keduanya bisa saling melengkapi. Melainkan justru saat keduanya tak dimainkan bersamaan. Baik Ronaldo maupun Dybala, tetap bisa bermain sama baiknya, meski tidak berpasangan.

Ronaldo tahu bagaimana caranya bekerja sama kepada yang bukan Dybala. Sementara itu, Dybala pun tahu, bagaimana seharusnya ia bekerja tanpa Ronaldo. 

Keduanya memang bisa saling mengisi, melengkapi. Namun bukan berarti membuat keduanya saling merasa ketergantungan. Tidak sama sekali. Keduanya bisa saling tergantikan.

Ronaldo tetap bisa produktif meski tanpa Dybala, Dybala pun bisa tetap cemerlang, meski tak berada di sisi Ronaldo. Keduanya tetap bisa menjadi hebat, meski tak disandingkan bersama-sama. 

Sesuatu yang tentu jauh berbeda dan tak dimiliki pada diri Lukaku dan Lautaro di Inter Milan, atau bahkan Suso dan Zlatan Ibrahimovic di AC Milan.

Kita belum mendengar Lukaku bisa tampil maksimal, jika di sisinya tak diisi oleh Lautaro Martinez. Kita belum melihat Suso, Piatek, atau siapapun di Milan, jika Zlatan Ibrahimovic tidak bermain. 

Namun di Juve, tak masalah siapapun yang main. Tak jadi soal siapapun yang disandingkan. Semua bisa tampil sama baiknya.

Begitulah seharusnya, seorang pemain profesional memaknai perannya sendiri. Mengandalkan dirinya sendiri, sebaik mungkin. Tak bergantung pada orang lain untuk meraih keberhasilan.

Begitulah seharusnya kita, memaknai insiden-insiden kebetulan dan ketidak-sengajaan yang pernah terjadi di kehidupan kita. Semisal pada saat pertama kali kita tak sengaja dipertemukan dengan orang yang kita kasihi dulu. Tak sengaja membuka hati, tak sengaja jatuh cinta.

Atau pada harapan-harapan kita yang kebetulan sama dengannya. Pada janji-janji yang kebetulan sama-sama kita sepakati dan kita iyakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun