Rasanya seperti baru kemarin, saat oplet yang dikendarai Doel, seorang pemuda asli Betawi, bersama kenek yang juga pamannya sendiri, Bang Mandra, tak sengaja ditabrak dari belakang oleh sebuah sedan yang dinaiki dua gadis gedongan, Atiek dan kawannya, Sarah.
Atiek yang terlihat begitu emosi karena merasa oplet milik Doel yang berhenti mendadak, saling beradu argumen dengan Bang Mandra, yang saat itu justru tak terima. Bang Mandra merasa mobil Atiek lah yang menabrak oplet, sehingga kemudian ia terpental ke depan, dan bibirnya menjadi jontor.
Namun siapa yang menyangka, dari insiden tabrakan yang terjadi di sekitaran jalan Cinere-Gandul ini, justru meninggalkan kesan yang begitu mendalam, baik bagi si Doel, maupun bagi Sarah.
Keduanya bahkan jadi sering dipertemukan oleh banyak kebetulan dan ketidaksengajaan, yang kemudian melahirkan banyak kisah manis yang ringan, tidak lebay, dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Pelan tapi pasti, penonton mulai dibuat jatuh cinta dengan jalan cerita yang sederhana, namun kaya akan persinggungan antartokoh yang berbeda latar belakang sosial dan budaya.Â
Kita sering dibuat terpingkal-pingkal saat Bang Mandra yang Betawi tulen, berseteru dengan Mas Karyo yang asli Jawa. Bertengkar soal hal-hal yang remeh-temeh. Kadang soal burung, kadang soal tata krama, namun kemudian mereka bisa akur lagi.
Kita juga masih ingat, bagaimana kekonyolan Babe Sabeni, Ayah Doel, yang sering melontarkan celetukan-celetukan jenaka, semisal "Hey, orang kampung, anak gue udah jadi tukang insinyur!"
Atau semisal saat ia bertemu dengan pengusaha Tionghoa, Koh Ahong, yang ketika itu tak bisa berbahasa Indonesia. Keduanya pun berbicara dengan bahasa antah-berantah yang entah apa maksudnya. Namun kita semua tertawa karenanya.
Kepiawaian Rano Karno dkk mengemas sang tokoh utama "Si Doel" menjadi sosok lelaki jujur, rendah hati, namun sangat peragu, serta sering lamban dalam mengambil keputusan karena terlalu banyak pertimbangan. Membuat kita yang menonton seringkali merasa gemas, gregetan dengan ketidaktegasan Doel, utamanya dalam urusan percintaan.
Kepada Sarah, misalnya. Kita bahkan tak pernah dibuat tahu, kapan persisnya Doel meminta Sarah untuk menjadi kekasihnya. Padahal kurang apa Sarah? Cantik, pintar, serta baik pada keluarga besar Doel.Â
Gadis ini sudah lama baper dengan keunikan sosok Doel, yang barangkali sudah sangat sulit ditemui pada pria manapun. Namun Doel bergeming, datar, menggantung perasaan Sarah tanpa kepastian, sebagaimana Rangga pernah meninggalkan Cinta tanpa kabar berita.
Tetapi begitulah Si Doel. Ia bukan tak terpesona dengan Sarah, bahkan menurut saya, ia sudah lama jatuh cinta pada Sarah. Mungkin sejak insiden tabrakan oplet, atau bahkan sejak ia tahu bahwa Sarah mendekati dirinya hanya untuk keperluan skripsi.Â
Ya, itulah momen pertama kalinya Doel merasa kecewa oleh Sarah, merasa ditipu, dimanfaatkan, namun ia tak mampu marah, karena ia tahu, ia tak sanggup menyakiti perempuan yang satu ini. Terlalu istimewa.
Jika Doel dan Sarah sudah saling menyadari perasaan mereka masing-masing sejak lama, maka semestinya tak perlu lagi ada halangan bagi keduanya untuk bisa bersama.Â
Tapi tentu bukan Rano Karno namanya, kalau tak bisa membuat cerita cinta sederhana ini menjadi begitu rumit. Dari sanalah muncul tokoh "antagonis" yang membuat cinta Doel dan Sarah menjadi jalan di tempat. Tokoh itu bernama Zaenab. Gadis yang berasal dari masa lalu Si Doel.
Doel dan Zaenab dikisahkan masih memiliki hubungan darah, meski secara urutan, keduanya bukan saudara dekat. Namun baik keluarga Doel maupun keluarga Zaenab, pernah saling berucap bahwa mereka akan menjodohkan Doel dan Zaenab, apabila keduanya sudah besar nanti.
Ucapan inilah yang nyatanya dipegang erat oleh Zaenab hingga ia dewasa, rela membuatnya menunggu, tak membuka hati untuk lelaki lain. Padahal ucapan itu boleh jadi sekadar obrolan ngopi sesama orangtua di sore hari, yang justru ditafsirkan sebagai sebuah janji dan harapan pada sosok Doel.
Sesuatu yang pada akhirnya kita tahu, membuat Doel luluh, serta menjadi ragu untuk memilih berada di sisi Sarah, sebab ia tahu Zaenab akan terluka.
Dari sinilah benih-benih cinta segitiga antara Doel, Sarah, dan Zainab bermula. Doel yang jatuh cinta pada Sarah, namun tak ingin Zaenab terluka, menjadi tak tahu harus mengambil keputusan apa.Â
Bahkan di dalam cerita pun, Doel kemudian lebih sering digambarkan sebagai sosok yang pendiam, irit bicara, serta sering membuat bingung Sarah dan Zaenab sendiri.
Tahun-tahun berlari kencang, tak terasa sudah 27 tahun lewat, semenjak pertama kali serial "Si Doel Anak Sekolahan" ini rilis di televisi.
Namun dari sekian banyak hal yang terhenti, dari mulai celetukan khas Babe Sabeni, senyum Kong Ali, hingga keluh kesah Mas Karyo, ada satu hal lagi yang belum sempat usai. Yakni persoalan inti, mengenai keberlanjutan cinta segitiga antara Doel, Sarah, dan Zaenab.
Sosok Doel yang dikisahkan pada "Si Doel The Movie" telah menikah dengan Zaenab, secara kebetulan diundang oleh sahabat dekatnya semasa kuliah, Hans, untuk mengikuti pameran di Belanda.Â
Dan tak diduga, di sana Doel bertemu dengan perempuan yang begitu dicintainya, namun pergi meninggalkannya selama 14 tahun tanpa kabar sama sekali. Ya, di sana Doel akhirnya bertemu kembali dengan Sarah. Perempuan yang masih amat dicintai dan begitu dirindukan oleh Doel.
Keduanya dipertemukan dalam rindu yang sulit diterjemahkan. Tak ada pelukan, tak banyak percakapan, hanya sedikit pembicaraan basa-basi, namun memuat bahasa tubuh yang memunculkan lebih banyak lagi pertanyaan.
Masih di negeri yang sama pula, Doel akhirnya dipertemukan dengan sosok Dul. Anak kandungnya sendiri yang telah beranjak remaja, yang selama ini tak pernah diceritakan keberadaannya oleh Sarah. Sebab Sarah memilih pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari Doel, dan membesarkan Dul seorang diri.
Kehadiran Dul, serta pertemuannya kembali dengan Sarah setelah 14 tahun berpisah, memunculkan lagi teka-teki jalan cerita, ke mana Doel akan melangkah. Meski Sarah sendiri sudah meminta Doel untuk merelakannya.Â
Namun Doel tentu tak akan serta merta menuruti permintaan Sarah, sebab di dalam hati kecilnya, Doel masih sangat mencintai Sarah. Terlebih dengan kehadiran Dul sekarang.
Doel kini ada di tengah-tengah persimpangan, berjuang menjemput Sarah kembali bersama kerumitan-kerumitan yang mungkin saja akan terjadi. Atau menyerah saja, merelakan Sarah pergi, lalu pulang ke sisi Zaenab yang tengah mengandung darah dagingnya?Â
Saya tak tahu. Doel pun mungkin juga tak tahu. Sebab ia masih tak berubah, tetap lelaki yang sama, seperti 27 tahun lalu. Lelaki peragu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H