Baru beberapa hari lalu, saya menuliskan artikel mengenai Sarri dan Sepakbola Ngeselin ala Juventus. Saat menuliskannya, saya menganggap, mungkin Juve sedang melakoni hari yang sial saja. Ternyata saya keliru, tulisan saya tadi, justru malah dijadikan Sarri, sebagai pakem dan filosofi bermain.
Sebelum tutup tahun, Juve masih akan melakoni beberapa partai penting. Melawan Leverkusen di Liga Champions, lalu menghadapi Udinese serta Sampdoria di Liga. Dan terakhir, Juve akan kembali bersua dengan Lazio di partai puncak Supercoppa Italia.
Keempat pertandingan ini, seharusnya menjadi penebusan dosa dari kekonyolan-kekonyolan Juve, yang semestinya tak perlu dilakukan. Sarri harus membuka mata, bahwa Juve bukanlah tim yang murah hati, yang senang menyenangkan lawan-lawannya dengan sedekah poin.
Sarri harus tahu, bahwa pesaingnya kini, Inter Milan. Dilatih oleh seorang juara sejati, Antonio Conte. Bukan sekelas Spaletti, Gattuso, apalagi Coach Justin.
Jika Sarri masih menampilkan strategi yang begitu-begitu lagi, keliru dalam memilih, serta salah menempatkan prajurit perangnya. Saya khawatir, jangankan membidik tropi Liga Champions, tak terlempar dari 3 besar klasemen saja, rasanya sudah Alhamdulillah.
Dunia memang belum akan kiamat, hanya karena Juventus menderita kekalahan pertamanya. Seperti halnya saya, yang baru sebulan terakhir ini, masih merasakan perihnya patah hati terhebat, untuk yang pertama kalinya seumur hidup.
Sarri masih punya banyak waktu, untuk membuktikan kemampuannya. Saya masih punya kesempatan, untuk memulihkan diri, hingga siap membuka hati, mengejar cinta @Bianconerria.
Namun seperti halnya hidup, yang memuat banyak sekali pelajaran, serta kesempatan kedua. Baik Juve, ataupun saya, semoga tak lagi jatuh, ke dalam lubang yang sama.
***
Penulis biasa dihujat di akun Twitter Juventini Garis Lucu : @juve_gl
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H