Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan berpasang-pasangan. Ada siang, ada malam. Ada saya, ada kamu. Ada pemenang, ada juga si pecundang. Kali ini Juventus, namanya.
Klub asal Kota Turin ini, tadi malam baru saja mengalami kekalahan perdananya di musim ini. Melawat ke kota Roma, Juve justru dipermalukan Lazio dengan skor 1-3. Padahal sehari sebelumnya, rival mereka, Internazionale Milan, meraih hasil imbang saat menghadapi AS Roma.
Hilang sudah kesempatan mengkudeta posisi puncak klasemen dari tangan Inter. Conte tersenyum, Interisti berpesta, sedangkan Juventini, menangis di pojokan, sambil menggaungkan hashtag #AkuGpp.
Kalah untuk yang pertama kali, memang bukan tanda-tanda datangnya kiamat. Dunia masih tetap berputar, ongkos naik Gojek dari Botani ke Ciomas, masih tetap dua puluh lima ribu. Semua masih baik-baik saja. Namun seperti banyak hal lain yang terjadi di hidup kita, yang pertama kali terjadi, akan selalu meninggalkan kesan, serta sulit dilupakan.
Kekalahan Juve dari Lazio ini, misalnya. Juve harus segera move-on, jika mereka memang benar serius mengejar gelar. Bukan malah bermain santai, seolah para pesaingnya tak memiliki target yang sama.
Bicara memang mudah. Yang sulit itu menggambar peta, dari Salemba menuju Senen, di atas celana jeans. Padahal ada kertas dan pulpen. Begitulah yang kira-kira dilakukan Sarri. Kikuk dan linglung. Punya skuad mewah, tapi justru memainkan skuad yang membuat orang berkata, "Walah?".
Sarri punya Adrien Rabiot, gelandang bertenaga badak, yang bisa menjadi ball breaker di lini tengah. Perpaduannya dengan Rodrigo Bentancur, rasanya akan cocok meladeni permainan keras dari Lazio.
Tapi Sarri justru memasang Blaise Matuidi, pemain yang tadi malam tampil klemar-klemer, tak jelas posisinya, apalagi kontribusinya. Sarri memang bisa berkilah, Matuidi adalah salah satu pemain yang memiliki tactical awareness yang terbaik. Tapi apa artinya kecakapakan taktikal, jika meladeni Milinkovic Savic saja, Matuidi terhenti di gigi Netral?
Sarri harusnya juga bisa memainkan Ronaldo, Higuain dan Dybala secara bersamaan, ketiganya bisa menjadi trisula mematikan, yang bisa saling menarik dua atau tiga orang pemain belakang lawan, sehingga banyak ruang akan tercipta.
Namun Sarri justru malah menyisipkan Bernardeschi di antara Robot dan La Joya. Alhasil, Juventus sukses melakukan Stand Up Comedy perdananya malam itu. Tepuk tangan penonton pecah. Radit dan Cak Lontong sampai standing applause. Fenny Rose guling-gulingan. Bahkan Om Indro, tak ragu berujar "Kompor Gas!".
Ya, Juve melawak dengan sangat paripurna tadi malam.