Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Bersama Franda!

4 November 2019   16:51 Diperbarui: 4 November 2019   16:56 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau tujuannya untuk menjaring pengunjung yang banyak, okelah. Detik berhasil. Tapi, hei. Menjaring pengunjung dengan berita dan judul semacam ini? Rendah sekali kualitas hasil berpikirnya. 

Kita tahu, masyarakat kita lebih seneng bacot ketimbang baca. Detik dan banyak media receh lainnya, tahu itu. Semakin ramai dibicarakan, semakin mereka diuntungkan. Pengunjung berdatangan, penghasilan dari iklan semakin deras mengucur. Tapi coba tebak apa akibatnya terhadap orang yang menjadi objek pada berita ini? Dirundung habis-habisan, dihujani banyak cacian dan makin. Ga percaya? Buka saja kolom komentar twit yang saya sematkan! Padahal, pernah berbuat salah apa Franda terhadap yang menghujatnya?

Dan, oh! Sekali lagi selamat ya, berkat kalian (media-media receh)! Pagi ini ada seorang perempuan muda, yang juga seorang ibu, yang saat ini mungkin tengah terluka hatinya berkat perundungan yang kalian ciptakan! Selamaaat...

Begini ya, kita tidak boleh lupa bahwa, terlepas dari Franda ialah seorang artis, seorang public figure, ia tetaplah sama seperti kita, sama-sama orang biasa, yang memiliki perasaan, bisa kesal, jengkel, atau bahkan marah. Seperti halnya saya yang marah jika foto saya menjadi alas duduk toilet, Franda pun berhak keberatan fotonya dipakai menjadi meme di belakang truk.

Dan media, saking banyaknya, saya jadi malas menyebutnya satu per satu. Berhentilah memberitakan hal-hal remeh semacam ini. Tidak semua peristiwa yang viral di sosial media, layak untuk menjadi berita! 

Bekerjalah yang benar! Yang "beneran kerja" , gitu! Atau setidaknya, jika otak kalian sudah tak mampu menemukan peristiwa penting lain sebagai sebuah berita, kemaslah berita-berita receh secamam ini, dengan nilai-nilai jurnalisme yang baik, yang berkualitas. Mading dari anak-anak "Sekolah Terbuka" saja bahkan bisa membuat berita dengan judul dan narasi yang lebih bagus!

Tadinya saya mau menuliskan ini untuk saya kirimkan ke Dewan Pers, tapi setelah dipikir lagi, menulis di Kompasiana jauh lebih bermanfaat. Karena bisa menjangkau lebih banyak orang yang masih memiliki akal sehat dan nurani, setidaknya, yang masih memiliki kepedulian terhadap hak-hak pribadi dan berpendapat.

Terakhir, untuk Franda, dan juga untuk kita semua. Jangan pernah takut untuk mengemukakan apapun, perihal apa yang membuat kita merasa tidak nyaman. 

Menyampaikan rindu, misalnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun