Pembaca yang budiman, sengaja penulis mengangkat topik ini karena berangkat dari yang penulis amati sendiri secara langsung kejadian seminggu yang lalu.Â
Kalau kita pernah mempelajari ada teori keturunan, yang sangat terkenal yaitu Teori Lombroso tentang born criminal (penjahat yang dilahirkan), yang menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, dan bahwa perilaku jahat itu adalah bawaan sejak lahir. Kita juga pernah mempelajari tentang pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia.
Manusia dapat memengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat memengaruhi perilaku manusia. Sebuah pertanyaan yang menuntut kecerdasan dalam menjawabnya ialah:
Bagaimana lingkungan sosial dapat memengaruhi perilaku seseorang? Seseorang yang berada di suatu lingkungan maka dapat menjadi terpengaruh perilakunya. Hal ini antara lain disebabkan karena ia terbiasa mendengar dan melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.
Contoh: Seorang yang asalnya tidak terbiasa merokok namun, karena pergaulannya sehari-hari dengan perokok, maka sangat mungkin ia akan ketularan menjadi perokok. Demikian juga seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang apabila menutup pintu secara keras seperti 'membanting' daun pintu sehingga membuat orang kaget, maka iapun akan melakukan hal yang sama.Â
Atau anak yang terbiasa mendengar orang-orang di sekitarnya sering menyebut nama-nama binatang jika sedang marah, misalnya: anjing!; monyet! dan sebagainya, sangat mungkin ia akan mengucapkan hal yang sama. Itulah yang dimaksud bahwa anak adalah peniru ulung. Setiap saat mata anak selalu mengamati, telinganya menyimak dan pikirannya mencerna apapun yang dilakukan oleh orang yang ada di sekitarnya.
Demikianlah beberpa contoh perilaku yang tidak baik bagi anak. Akan tetapi ada juga perbuatan baik yang bisa menular seperti kebiasaan bersih, rapi, tertib dan disiplin dalam hal apapun juga. Oleh karena itu, pendidikan anak harus dimulai dari keluarga, perlu pembiasaan (habit).Â
Anak belajar dengan cara meniru, ia memang peniru yang cerdik, sehingga sebagai orangtua hendaklah Anda menjadi role model buat anak/anak-anaknya. Lakukan atau contohkan segala sesuatu yang terbaik, niscaya apa yang Anda tanam itulah yang Anda tuai.
Perilaku meniru adalah sebuah proses pembelajaran alami. Sejak anak terlahir ke dunia ia sangat peka dengan perilaku orang terdekatnya, ia bisa belajar dari ekspresi wajah ibunya, misalnya seperti tersenyum, penuh kasih sayang atau sebaliknya kasar dan bengis.Â
Mengapa anak mudah meniru? Anak usia batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun) meniru karena ada rasa senang namun, sebagai orangtua hendaknya melakukan cara terbaik memperlakukan anak yang senang meniru gerakan orang lain yang ada di sekitarnya.
Saat usia anak makin bertambah, sifat meniru itu masih terus berlanjut, baik menirukan gerakan-gerakan orang terdekatnya atau kalau ia sudah mulai bisa bicara tentu ia akan ngoceh dengan menirukan apa saja yang disukainya. Menginjak usia satu tahun  adalah saat memasuki tahun-tahun penting dalam tahap tumbuh-kembangnya.
Mereka mudah menyerap segala kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku di rumah dan lingkungan sekitarnya. Di usia satu tahun anak biasanya meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Jika anak sudah berusia tiga tahun, ia sudah bisa meniru perilaku, sopan-santun dan bahasa yang didengar dan dilihatnya.
Sedangkan orangtua adalah pendidik pertama dan utama, maka menjadi orangtua haruslah aktif terlibat dalam pendidikan anak. Orangtua itu adalah teladan bagi anaknya dan anak-anak akan menirukan hal-hal yang menarik perhatian baginya dan rata-rata anak mempunyai rasa penasaran.Â
Orangtua harus pandai-pandai membangun kepribadian dan karakter anak. Orangtua adalah tempat untuk belajar dan berteman bagi anak. Anak usia balita perlu diarahkan mengelola emosi karena akan berpengaruh pada kecerdasannya, maka sayangi anak! Kegiatan (perilaku) meniru adalah aktivitas yang sangat penting dalam tahap perkembangan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi buat anak.
Pentingnya Peran Orangtua
Dikatakan penting karena orangtua menjadi sekolah pertama bagi anak, sekalupun anak sudah bersekolah, peran orangtua masih diperlukan mengingat aktivitas anak paling banyak dilakukan di rumah.Â
Selain menjadi role model orangtua mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter anak yang akan berguna untuk masa depannya.
Oleh karena itu, sebagai orangtua ia harus dapat menanamkan nilai baik kepada anak, tanamkan rasa saling menghargai dan menghormati dan jangan malu untuk meminta maaf.
      Berikut adalah beberapa tips yang harus diperhatikan menghadapi anak yang suka meniru:
- Orangtua melakukan tindakan-tindakan yang bersifat mendidik.
- Â Orangtua memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang positif.
- Orangtua berkata-kata dengan nada seorang mama/papa yang patut didengar dan ditiru anak.
- Orangtua bertindak sebagai motivator dan selalu mengajarkan kepada anak untuk bersosialisasi dengan rekan sebayanya.
- Orangtua harus pandai memilih dan memilah segala bentuk tontonan yang mendidik dengan baik dan benar.
- (Untuk kesemuanya itu, pastikan rumah Anda aman bagi anak). Setelah anak beranjak remaja dan dewasa, bisa saja anak meniru dan memilih gaya hidupnya sendiri, misalnya ia memilih gaya hidup kebarat-baratan seperti dalam hal berpakaian, dan lain-lain. Sebagai orangtua tetap harus menjaga dengan jalan memberi arahan dan contoh (example) yang terpuji.
Sebagai penutup tulisan ini, penulis merasa perlu menyampaikan beberapa peran orangtua dikehidupan anak sebagai berikut:
- Menjamin kebutuhan anak tercukupi (makan bergizi, pakaian dan tempat tinggal).
- Memastikan anak berada di lingkungan yang baik (pengawasan).
- Menciptakan keamanan dan kenyamanan (tidak tertekan).
- Menanamkan nilai yang baik (orangtua adalah 'guru').
- Mengajarkan anak dalam hal-hal baik (mendidik sejak dini usia).
- Memberikan arahan (menasihati, menyadarkan dan memotivasi).
- Mendisiplinkan anak (membiarkan membuat anak manja dan tidak bisa bertanggungjawab).
- Dan tentu saja mendoakan dan mengenalkan nilai-nilai agama dalam bahasa yang mudah dipahami.
Selamat menjadi orangtua yang 'digugu lan ditiru' (artinya, dipercaya dan diteladani).
Jakarta, 15 Juli 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H