Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Idola

19 Februari 2022   13:18 Diperbarui: 19 Februari 2022   13:28 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini kita sedang menyaksikan pergeseran mendalam dalam segala bidang, baik yang meliputi industri yang ditandai dengan munculnya model bisnis baru, pembentukan kembali sistem produksi, transportasi, konsumsi, tidak terkecuali di bidang pendidikan. 

Suatu perubahan yang menyejarah terutama dalam hal kecepatan, sementara ketidakpastian mengepung perkembangan dan penerapan teknologi baru. 

Kaum akademisi dituntut berpikir cepat dan bertindak cepat, bertanggung jawab untuk bekerja sama demi pemahaman yang lebih baik atas tren-tren tersebut.

Mengacu pada bahasa Jawa, kata guru dimaknai sebagai 'digugu lan ditiru', artinya sosok guru itu adalah orang yang bisa dipercayai dan diteladani. 

Oleh karena itu, sangatlah tepat ajaran Ki Hajar Dewantoro bahwa manakala guru itu berada di depan muridnya maka ia harus dapat diteladani, manakala guru berada di antara atau di tengah-tengah muridnya maka ia harus dapat menggerakkan, dan manakala guru berada di belakang muridnya maka ia harus bisa memberikan dorongan dan arahan. 

Begitu terkenalnya ajaran beliau: 'ing ngarso sung tulodo -- ing madyo mangun karso -- tut wuri handayani'. Kata guru sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, terdiri dari dua suku kata, yaitu gu yang berarti gelap dan ru yang berarti meniadakan.

Jadi tugas guru adalah meniadakan kegelapan, artinya seorang guru menjadikan yang tidak tahu  menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa, yang tidak baik menjadi baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Apabila guru memenuhi kriteria tersebut di atas, maka ia bisa disebut guru yang efektif. 

Guru yang efektif merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh John Goodlad, bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran.

Lalu seperti apa guru yang efektif itu? Menurut Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, setidaknya ada empat kelompok besar karakteristik seorang guru yang efektif: (1) Memiliki kemampuan yang berkaitan dengan iklim belajar di kelas; (2) Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran; (3) Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feetback) dan penguatan (reinforcement); (4) Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri. Untuk yang ke empat ini cocok banget dengan yang dikatakan oleh Mas Menteri Nadiem A. Makarim bahwa: 'Guru terbaik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar'.

Hal belajar mengajar di kelas menjadi penting, sebab apabila pembelajaran disajikan namun, tidak mencapai sasaran karena konten materi tidak dipahami oleh peserta didik, maka akan timbul masalah. 

Padahal untuk melayani generasi milenial belajar adalah sesuatu yang tidak mudah, yang jelas mereka itu banyak maunya antara lain seperti: waktu belajar tidak suka berlama-lama, belajar harus menyenangkan sehingga tidak tegang, materi yang disajikan harus up date dan menarik, dikemas dalam teknologi yang canggih dan bervariasi.

Penyajian atau penyampaian materi pembelajaran yang menarik pasti akan merangsang peserta didik untuk ingin tahu, ingin memahami dan ingin menerapkannya. 

Selain menyenangkan pembelajaran juga harus bisa menenangkan, pendidik dan peserta didik merasa enjoy sehingga waktu serasa berlangsung cepat. 

Boleh juga diselingi joke yang sifatnya mendidik namun, disiplin dan kejujuran harus tetap dijunjung tinggi. Itulah sebabnya menjadi guru yang diidolakan oleh peserta didiknya harus dapat mengampu pelajaran dengan prinsip PAIKEM (Pembelajaran -- Aktif -- Inovatif -- Kreatif -- Efektif -- Menyenangkan). Kata menyenangkan bermakna bahwa peran guru hendaknya memiliki kemampuan menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman dan menggembirakan, sehingga peserta didik merasakan kebahagiaan.

Suasana belajar mengajar yang menyenangkan itu sesuai dengan pernyataan Aristoteles bahwa tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. 

Secara global tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan pada diri seseorang menjadi lebih baik, karena dengan adanya kegiatan belajar maka norma yang dimiliki seseorang setelah ia melakukan kegiatan belajar akan berubah menjadi lebih baik. Menurut H. Daryanto (2005): 

'Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur'.

Sosok Guru Yang Diidolakan

Mencermati kata idola itu tidaklah mudah, karena arti kata idola adalah sosok yang dikagumi dan hendak ditiru segala perilakunya. 

Bagi peserta didik masa kini, idola berperan penting dalam perkembangan dirinya. Dalam pengertian sederhana, sosok idola adalah orang yang dipuja, dikagumi atau dijadikan teladan dan dianggap menyandang predikat istimewa, dihormati posisinya serta dikagumi prestasinya, sehingga ia mendapat tempat atau posisi yang tinggi di antara komunitas yang mengidolakannya.

            Berikut ini adalah beberapa kriteria seorang pendidik yang biasanya diidolakan peserta didiknya:

  • Guru yang mampu bertindak sebagai pengolah dan penyaji pesan.
  • Guru yang mampu dan mau bertindak sebagai organisator.
  • Guru harus dapat menimbulkan motivasi (sebagai motivator).
  • Guru adalah juga komunikator.
  • Guru sebagai mediator dan moderator.
  • Guru sebagai fasilitator.
  • Guru sebagai administrator.
  • Guru sebagai evaluator.

Kesemuanya itu harus diembannya sebagai tugas panggilannya sebagai pendidik yang bertanggung jawab. Guru idola adalah juga guru yang profesional dan untuk dapat disebut profesional, maka guru harus memiliki empat kompetesi, yakni: (1) Kompetensi Pedagogi; (2) Kompetensi Kepribadian; (3) Kompetensi Sosial dan (4) Kompetensi Profesional.

 Sebagai penutup tulisan ini, ijinkan penulis mengutip seruan Albert Einstein:  "Adalah suatu kemampuan luar biasa dalam diri guru bila ia mampu menggugah rasa cinta anak didiknya akan daya cipta kreatif dan ilmu pengetahuan melalui usaha peningkatan ilmunya". 

Oleh karena itu, sebagai guru milenial ia harus dapat: (1) Mengajar harus joyfull; (2) Materi harus up date (tidak kuno); (3) Waktu jangan terlalu lama (panjang); (4) Jangan sekali-kali mendikte; (5) Gunakan filosofi Konstruktivistis; (6) Bertindak Kreatif dan Inovatif; (7) Gunakan media pembelajaran yang menarik; (8) Tempatkan peserta didik pada pusat pembelajaran (yang dikenal dengan SCL -- Student Centred Learning) karena peserta didik adalah subyek dan bukan obyek didik. Akhirnya, selamat menjadi GURU IDOLA!.

Jakarta, 18 Februari 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun